Tekan Perubahan Iklim, Nelayan Akan Gunakan Aplikasi untuk Kurangi Penggunaan BBM

  • Bagikan
Kepala BRSDM KKP Sjarief Widjaja

Mediatani – Semakin hangatnya suhu perairan membuat fenomena perubahan iklim sering terjadi di berbagai wilayah di bumi. Ditambah dengan meningkatnya keasaman air laut, memaksa ikan bergerak mencari habitat yang lebih sesuai.

Sebagai negara tropis, Indonesia diperkirakan akan menghadapi dampak perubahan iklim yang lebih parah dibandingkan dengan kawasan lainnya di dunia, terlebih di sektor perikanan.

Jika perubahan iklim terjadi di Indonesia, hal itu akan mempengaruhi ketahanan pangan, keselamatan nelayan, konservasi dan keanekaragaman hayati, serta perekonomian di berbagai usaha sektor kelautan dan perikanan.

Jika kegiatan penangkapan ikan dan pemanasan laut saat ini dibiarkan, maka kemungkinan hasil perikanan akan mengalami penurunan dan pada beberapa puluh tahun berikutnya, 80 persen stok dunia berada pada status penangkapan berlebih.

Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus melakukan berbagai upaya untuk menekan perubahan iklim dalam sektor kelautan dan perikanan. Upaya itu dilakukan dengan menggunakan hasil riset sebagai policy brief dalam pengambilan keputusan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, stakeholder, hingga masyarakat luas.

Salah satu upaya yang dilakukan KKP yaitu dengan mengurangi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) oleh nelayan. Hal ini bertujuan untuk mereduksi gas rumah kaca dan perubahan iklim sehingga produktivitas tangkapan ikan nelayan dapat terjaga atau mengalami peningkatan.

Kepala Badan Riset dan SDM KKP Sjarief Widjaja mengatakan, pihaknya merancang sebuah aplikasi yang dapat memberi informasi lokasi tangkapan potensial di bawah laut. Sehingga, nelayan tidak perlu lagi berlayar tanpa arah yang membuat penggunaan BBM berlebih.

Sjarif menyebutkan aplikasi yang dimiliki KKP itu adalah aplikasi Laut Nusantara yang menghadirkan kemudahan nelayan dan kecepatan akses informasi Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) serta dilengkapi informasi cuaca laut sehingga aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan nelayan menjadi lebih efektif dan efisien.

“Info tentang lokasi ikan (fishing ground) saja sudah membuat lebih mudah. Mereka (nelayan) bisa bergerak dari pelabuhan tempat tinggal ke titik lokasi sehingga tidak perlu ke sana ke mari,” kata Sjarief dalam Webinar Membangun Perikanan yang Tangguh Terhadap Perubahan Iklim, Kamis (11/2/2021).

Selain lokasi keberadaan ikan, aplikasi ini juga memberikan data-data akurat lainnya yang menjadi kebutuhan nelayan, seperti data cuaca terkait kecepatan angin dan kondisi gelombang, perhitungan BBM, hingga fitur untuk panggilan darurat.

Sjarief menjelaskan, nelayan perlu mendapat edukasi mengenai langkah pengurangan penggunaan BBM ini. Sebab, dia tak ingin nelayan tak mengerti perubahan iklim atau salah paham karena merasa penggunaan BBM dibatasi.

“Kita harus mendekatkan, jangan sampai mereka enggak mengerti climate change supaya nelayan lebih berhati-hati memanfaatkan BBM. Setiap langkah harus mulai di-review apakah penggunaan energinya hemat atau enggak,” ungkap Sjarief.

Menurut Sjarief, transformasi digital dalam sektor perikanan memang sangat diperlukan. Selain dapat meningkatkan hasil tangkap nelayan, teknologi digital ini mampu mendeteksi aktifitas penangkapan ikan ilegal tanpa harus terus berpatroli di tengah laut melakukan pengawasan.

Upaya lain yang juga akan dilakukan KKP, yaitu penggunaan cold storage yang menerapkan panel surya. Dengan kemampuan panel surya mengubah cahaya menjadi listrik, cold storage yang digunakan nelayan untuk membekukan ikan hasil tangkapan tidak lagi menggunakan BBM.

“Kita berpikir cold storage membutuhkan bahan bakar. Kalau cold storage menggunakan solar cell maka dapat membantu pasokan energi listrik yang tentunya ramah bagi lingkungan,” tuturnya.

Selain cold storage, cara lain yang juga dilakukan KKP untuk mereduksi emisi karbon, yaitu memperkecil pembangunan di pesisir pantai yang memicu abrasi, merestorasi terumbu karang, dan menanam bakau.

“Jadi approach-nya harus dua sisi, yakni kapasitas nelayan dan memperbaiki ekosistem laut. Kalau kapasitas nelayannya saja namun lautnya tidak kita benahi, maka semua nelayan akan miskin,” pungkasnya.

  • Bagikan