Mediatani – Dua kelompok tani yang memproduksi beras organik di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah patut berbangga. Pasalnya, beras organik yang mereka kembangkan kini kian diminati oleh masyarakat.
Dilansir dari laman republika.id, kedua kelompok tani Sumber Tani Lestari dan Bernas Batui Selatan ini merupakan mitra binaan dari JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi.
Salah satu anggota kelompok Bernas Batui Selatan, Dayat mengatakan bahwa sejak panen di bulan Oktober hingga Desember tahun ini, mereka berhasil memanen lebih dari satu ton beras organik dan dijual dengan harga Rp 13 ribu/kg.
Dayat menambahkan, ada sekitar tiga ton beras organik yang masih tersedia dan akan segera disalurkan. Untuk pemasarannya, selama ini telah berhasil menembus Kota Palu melalui penjualan secara online menggunakan media sosial Whatsapp dan Facebook milik pribadinya.
“Awalnya mereka bilang coba-coba dulu, Sekarang dari hasil mencoba, alhamdulillah mereka bisa senang dengan beras organik,” tutur Dayat melalui keterangan yang diterima oleh tim Republika.co.id, pada Rabu (15/12).
Dayat mengaku ingin memperluas wilayah pemasarannya hingga ke Pulau Jawa. Dia telah berencana untuk menggunakan akun media sosial yang diberi nama sesuai nama kelompok taninya.
Bendahara kelompok Sumber Tani Lestari, Lamri menilai bahwa beras organik tersebut prospektif untuk dikembangkan. Penjualan beras organik dinilai lebih mudah dibanding menjual beras konvensional, dimana untuk beras konvensional ditaksir dengan harga Rp 7 ribu/kg sedangkan untuk beras organik ditaksir dengan harga Rp 12/kg.
Ia juga mengaku bahwa kelompok tani Sumber Tani Lestari menjual beras organiknya dengan merek Beras Organik ke berbagai wilayah hingga masuk ke Kabupaten. Mereka mengemas beras produksinya dengan menggunakan mesin bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Banggai.
Beras organik di Banggai ini merupakan hasil produksi dengan menggunakan sistem agroekologi atau pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Sistem ini direalisasikan sejak tahun 2013 atas bantuan dari JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi.
Security and Community Development Manager JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi, Agus Sudaryanto membeberkan bahwa pihaknya melihat ada sejumlah fakta yang ada di lapangan tentang pertanian konvensional.
Diantaranya adalah hasil produksi padi konvensional rendah, penggunaan pupuk kimia yang dinilai berlebihan, tingginya penggunaan air irigasi, keterbatasan sarana produksi pertanian, tingginya biaya penanggulangan hama padi, dan kelembagaan tani yang kurang optimal.
Padahal, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, sebesar 93 persen wilayah di Kabupaten Banggai ini merupakan area pertanian dan area perkebunan yang masyarakatnya mayoritas berprofesi sebagai petani. Dari total 23 kecamatan, luas sawah padi tercatat mencapai 51.621 ha.
Selain mengaplikasikan prinsip ekologi, Pertanian ramah lingkungan juga mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dengan pilar keberlanjutan sosial ekonomi dan lingkungan.
“Program ini mengatasi akar masalah dan memberikan solusi jangka panjang yang berkelanjutan,” pungkas Agus.