Mediatani – Kesuksesan bukanlah sesuatu yang diraih tanpa upaya yang mudah. Mencapai hasil yang diinginkan selalu butuh proses, kerja keras, dan pengorbanan.
Itulah gambaran yang tepat untuk seorang teknisi kapal tongkang yang memilih untuk meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi peternak ayam petelur yang sukses.
Pria yang berani mengambil langkah tersebut adalah Hardyan Widyo Isworo (35) warga Dusun Bolawolon, Desa Tana Duen, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka NTT. Pilihannya untuk terjun ke bisnis peternakan itu membuatnya kini sukses meraup keuntungan jutaan rupiah.
Dilansir dari Kumparan, Sabtu (15/1), Hardyan menceritakan, ketika dirinya tamat bersekolah, ia mencoba mengadu nasib menjadi seorang teknisi di sebuah kapal tongkang, KM Taqbul di Balikpapan. Pekerjaan tersebut dilaluinya selama 4 tahun.
Namun, karena merasa pekerjaan yang dijalaninya itu jauh dari apa yang diimpikannya, Hardyan memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan itu dan menjadi teknisi pada PLN Cabang Flores Bagian Timur selama kurang lebih 1 tahun.
Setelah itu, Hardyan kembali mengambil keputusan yang lebih berani demi mencapai mimpi besarnya. Ia beralih profesi menjadi peternak ayam petelur dengan membangun sebuah kandang yang berlokasi di RT 015/RW 005 Dusun Bolawolon, Desa Tana Duen Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka.
“Saya berpikir bahwa sudah saatnya saya harus memulai usaha sendiri. Dengan demikian saya bisa mengatur sendiri untuk mencapai sukses,” kata Hardyan.
Usaha ayam petelur tersebut dirintisnya sejak Januari 2021. Dengan modal yang dimilikinya, ia membangun rumah dan kandang yang dilengkapi instalasi tempat makan dan minum untuk ayam petelur.
Setelah berbagai perlengakapan beternaknya telah siap, ia memesan DOC dari Phokpan Surabaya sebanyak 540 ekor dengan usia 3 hari. DOC tersebut dikirim dari Surabaya ke Maumere dengan menggunakan pesawat.
“Setelah selesai bangun kandang dan instalasi air minum ayam, baru saya pesan DOC Phokpan dari Surabaya yang dikirim pakai pesawat ke Maumere,” ungkap Hardyan.
Ia juga mengaku menggunakan modal awal dengan jumlah yang tidak sedikit saat memulai usaha tersebut. Modal yang dikeluarkan dari persiapan kandang, pengadaan DOC, sampai pakan dan obat-obatan hingga panen perdana telur ayam, mencapai Rp 200 juta lebih.
Setelah berusia 7 bulan, ayam petelur miliknya yang berjumlah 540 ekor akhirnya bisa menghasilkan telur ayam. Telur ayam yang dipanen per harinya ada sebanyak 420 hingga 470 butir, yan selanjutnya dijualnya ke pasaran.
Hardyan membeberkan bahwa telur ayam yang dipasarkannya selama 1 tahun terakhir ini juga dititipkannya di kios-kios. Ia juga mencoba untuk membangun jaringan dengan sejumlah desa untuk pemberian makan tambahan bagi anak stunting.
Dia juga mengaku tengah mengembangkan usahanya itu dengan menambah satu kandang lagi yang berlokasi di daerah Wailiti. Kandang ayam petelur tersebut berkapasitassebanyak 1500 ekor.
“Saya bangun satu kandang lagi di Wailiti. Disana ada 1500 ekor ayam, tapi masih berusia 2 minggu,” ungkapnya.
Selama menjalankan usahanya itu, tidak terlintas dibenak Hardyan untuk mengajukan permohonan modal kepada pemerintah. Ia lebih memilih mengajukan pinjaman di lembaga perbankan untuk mendapatkan modal.
Hardyan berharap para generasi muda juga berani untuk mengambil langkah besar untuk mewujudkan mimpi menjadi bos untuk diri sendiri, karena sebuah proses yang dilalui tidak akan mengkhianati hasil.