Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) sesuai data dari International Coffee Organization (ICO) menerangkan, total kebutuhan kopi pada 2019/2020 mencapai 9,8 juta ton per tahun, sementara total produksi kopi dalam negeri baru mencapai 686 ribu ton.
Demi meningkatkan kuantitas dan kualitas biji kopi dalam negeri, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meluncurkan program Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara.
Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Dwi Sutoro dipercaya untuk menjadi ketua dalam PMO Kopi Nusantara. Hingga saat ini, PMO Kopi Nusantara telah memiliki 9 pilot projects di enam wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Total lahan yang kita fasilitasi hingga saat ini lebih dari 6.500 hektare yang dikelola oleh 2.500 petani. Kami berharap hasil panen dari lahan tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan internasional,” terang Dwi Sutoro, Selasa (21/6/2022).
Sutoro mengatakan, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi pemain utama (key leader) pada industri kopi internasional. Ini dikarenakan biji kopi Indonesia diproses on farm dan off farm, memiliki cita rasa dan kualitas level premium.
Potensi ini, lanjutnya, perlu untuk mendapatkan perhatian, utamanya yang berkaitan dengan instrumen perlindungan kekayaan intelektual, dalam hal ini Indikasi Geografis (IG).
Menurutnya, terdapat beberapa tantangan dalam sistem rantai pasok (supply chain) kopi di dunia yang dihadapi saat ini. Beberapa di antaranya berupa hambatan tarif, ketatnya persaingan dan persyaratan agar masuk ke pasar global, serta beberapa persyaratan sertifikasi berkelanjutan.
Namun, dia optimistis, melalui sinergi dan kerja sama oleh seluruh pihak dalam payung PMO Kopi Nusantara, Indonesia akan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas biji kopi dalam negeri.
“PMO Kopi Nusantara mengembangkan berbagai program pendampingan dan mendorong terciptanya ekosistem bisnis yang berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi di Tanah Air,” ungkap Dwi Sutoro.
Pendampingan kepada petani, tambah Dwi Suroto, menjadi langkah mutlak untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi kopi. Hal ini karena 96,1% lahan kopi adalah lahan milik petani rakyat.
Oleh karena itu, PMO Kopi Nusantara menerapkan strategi holistik dalam proses pendampingan kepada petani. Mulai dari aspek pengolahan budi daya tanaman berkelanjutan, digital farming dan mekanisasi pertanian, informasi dan pendampingan budi daya pertanian, akses terhadap permodalan dan perlindungan risiko pertanian, pengembangan sosial masyarakat petani dan bisnis inklusif, serta meningkatkan kemitraan pertanian pasar (Farm to Market Partnership).
Sementara itu, tenaga Ahli Menteri BUMN Bidang Global Value Chains, Reynaldi Istanto menyampaikan, kerja sama dalam ekosistem bisnis ini perlu segera dilakukan replikasi.
Reynaldi menerangkan, dalam proses pendampingan ini, PMO Kopi Nusantara melibatkan BUMN produsen pupuk, perkebunan, asuransi, perbankan, perdagangan, serta pemerintah daerah.
“Selain tangan pemerintah, peran swasta juga kita dorong untuk ikut serta dalam inisiatif ini. Hal ini perlu kita replikasi di banyak tempat di Indonesia. PMO Kopi Nusantara berupaya agar supply chain kopi dalam negeri segera membaik, sehingga mampu menjadi market leader di pasar internasional,” terang Reynaldi.