Mediatani – Peternak di Kabupaten Banyuasin tengah mengalami kesulitan mencari pakan ternak di musim penghujan. Mengetahui hal itu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin memberikan terobosan dengan mengubah limbah menjadi pakan ternak, Kamis (25/2/2021), lalu.
Dikutip Sabtu (27/2/2021) dari situs tribunsumsel.com, Wakil Bupati Banyuasin H Slamet Somosentono mengatakan bahwa Pemkab Banyuasin memberi terobosan mayarakat dalam mempermudah mencari pakan ternak, yakni dengan mengubah limbah menjadi pakan, salah satunya dari tepung ikan.
“Melihat tepung ikan di Kecamatan Sungsang, Kecamatan Muara Sugihan dan daerah lainnya banyak yang terbuang sia-sia. Jadi lebih baik kita ambil kita jemur kemudian kita giling untuk jadi campuran pakan ternak yang paling banyak,” ujarnya, Kamis (25/2/2021).
Pakan ini, lanjut dia, merupakan protein yang berikan pada ternak untuk menambah berat bobot ternak sapi dan kambing dan nantinya akan dicampur dengan bahan baku yang banyak tersedia di Banyuasin, yaitu solid limbah sawit yang banyak dibuang oleh perusahaan di Banyuasin.
“Alhamdulillah semua pihak memberikan support kepada Pemkab Banyuasin, dan boleh diambil,” kata Wabup yang meminta petani ternak lebih berjaya dan makmur.
Kemudian, sambung Slamet, jerami padi dan batang jagung juga tampaknya banyak dibuang oleh petani Banyuasin. Hali itu kata dia juga bisa dijadikan bahan campuran.
“Semuanya, nanti dicampur kita buat produk pakan ternak,” ungkapnya yang menyebutkan limbah bisa ada manfaatnya.
Perihal harga, lanjut dia, Pemkab Banyuasin menyediakan harga di bawah pasaran. “Jika biasanya Rp 10 ribu perkilogram nanti kita patok harga 6 atau 7 ribu perkilogram. Pasti peternak akan beli sama kita,” tutur Slamet.
Hal ini pun disebutnya sebagai bentuk subsidi kepada peternak supaya semangat memelihara ternak. “Jika program pakan ternak ini dapat berjalan dengan lancar, Insya Allah program Pemkab Banyuasin 1 KK satu sapi juga dapat terwujud,” tandasnya.
Selain itu ada berbagai cara untuk berinovasi dalam membuat pupuk. Apalagi di tengah wabah pandemi covid-19 yang menguras ekonomi masyarakat.
Salah satu inovasi yang dilakukan ialah pengembangan pupuk organik (baca selengkapnya). Sebagaimana dilansir Minggu (14/2/2021) dari situs berita solopos.com bahwa Kelompok Ternak Ngudi Mulya, Desa Banyuaeng, Kecamatan Karangnongko, Klaten, mengembangkan pengolahan pupuk organik.
Pupuk ini diketahui berasal dari limbah kotoran sapi dan kambing yang kemudian dikelola oleh kelompok ternak tersebut.
Pengembangan pupuk itu pun dimaksudkan sebagai pesan ajakan kepada para petani agar tidak terlalu bergantung pada pupuk kimia.
Pupuk organik yang dikembangkan pun berupa pupuk padat dari limbah kotoran maupun pupuk cair dari limbah urine sapi maupun kambing.
Proses pengembangan pupuk organik itu pun ternyata telah rutin dilakukan selama setahun belakangan. Pengembangan pupuk organik ini kemudian semakin teracu seiring dengan dikuranginya alokasi pupuk organik tahun ini serta kenaikan harga pupuk bersubsidi dari pemerintah.
Pembina Kelompok Ternak Ngudi Mulya, Widodo, menuturkan bahwa pihaknya mengembangbiakkan sekitar 10 sapi dan 70 kambing di kandang dengan lahan seluas 1.500 meter persegi. Lokasinya berada di Desa Banyuaeng.
Kotoran dari sapi dan kambing ini pun kemudian dikelola sebagai bahan pupuk yang organik. Dan setidaknya dalam sepekan kotoran yang dikumpulkan para petani dapat mencapai sekitar 100-150 sak ukuran 25 kg.
“Untuk prosesnya itu ada tiga tahap sampai bisa menjadi pupuk. Prosesnya menjadi pupuk itu berlangsung sekira satu sampai dua bulan,” kata Widodo saat ditemui wartawan di kandang kelompok ternak Ngudi Mulya, Jumat (12/2/2021) dikutip masih dari sumber yang sama, Minggu (14/2/2021).