Ubah Perkebunan Karet Menjadi Perkebunan Sawit, Untungkah?

  • Bagikan
Sumber foto: teorieno.com

Mediatani – Saat ini para petani perkebunan karet diketahui telah banyak yang beralih ke perkebunan sawit. Hal ini dikarenakan banyaknya perkebunan karet yang ditumbangkan dan dialihkan menjadi perkebunan tanaman sawit. Sehingga ini berdampak pada luasan kebun karet yang diketahui mengalami penurunan setiap tahunnya.

Dilansir dari jambi-independent.co.id, bahwa salah satu alasan mengapa perkebunan karet diganti menjadi perkebunan sawit adalah harga jual sawit yang diyakini memiliki harga yang sangat fantastis.

Terkait hal ini, Agusrizal selaku Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi menyampaikan bahwa hampir di seluruh kabupaten kota yang ada di Provinsi Jambi memiliki kebun karet kecuali pada daerah di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai penuh termasuk Kota Jambi. Sementara, kebun karet yang mulai sedikit ada di wilayah Kabupaten Tanjab Barat.

“Di Tanjab Barat yang sudah sangat sedikit kebun karetnya, mereka banyak beralih ke sawit lebih menjanjikan,” kata Agusrizal.

Sebelum itu, diketahui luasan kebun karet yang ada di Provinsi Jambi tercatat mencapai 671 ribu hektare lahan. Namun saat ini, sebab semakin banyaknya perkebunan karet yang beralih ke perkebunan sawit, sehingga kebun karet yang ada di Provinsi Jambi saat ini hanya tinggal tersisa seluas 670 ribuan hekater.

“Kurang lebih ada seribu hektare lahan yang telah hilang, sebab masyarakat yang mulai beralih komoditi dari karet menjadi sawit,” tambah Agusrizal.

Agusrizal juga menyebutkan bahwa hal ini memang tak bisa dipungkiri, sebab sebagian besar masyarakat lebih memilih perekenunan yang lebih cepat menghasilkan dan bahkan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini yang menyebabkan perkebunan karet yang ada di Provinsi Jambi hampir berkurang di setiap tahunnya.

Lebih lanjut, Agusrizal menyebutkan bahwa untuk harga karet itu sendiri per kilogramnya baru mencapai sembilan ribu rupiah untuk di tingkat para petani. Sementara itu untuk harga sawit saat ini bisa mencapai dua ribu rupiah per kilogramnya. Dilihat dari segi panen saja, Agusrizal menambahkan bahwa sawit jauh lebih menguntungkan, sebab dalam jangka watu satu bulan saja, sawit bisa panen sebanyak dua kali.

Semetara yang Kita ketahui untuk komoditi karet hanya seminggu sekali baru bisa panen, namun karena karet yang masih relatif murah, para petani merasa resah, dan beralih ke sawit.

“Kalau replanting sawit tetap kita upayakan, karena Jambi termasuk dalam provinsi yang juga berproduktif untuk penghasil karet,” sebut Agusrizal.

Terpisah, hal yang berbeda terjadi pada kebun karet yang juga ada di Kabupaten Bulukumba sejauh ini tidak mengalami penurunan luasan lahan. Bahkan hingga saat ini, kebun karet milik PT Lonsum yang berada di Desa Tibona, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan ini masih terus dibudidayakan.

Sebagai informasi tambahan, Kabupaten Bulukumba itu sendiri mempunyai tanaman pohon karet yang tersebar di beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kajang, Herlang, Bulukumpa, dan Ujungloe. Meskipun kebun karet yang ada di Kabupaten Bulukumba ini fungsinya bukan sebagai kawasan wisata, tetapi tidak sedikit orang yang mengabadikan momen dengan berfoto bahkan ada juga yang prawedding. Kita bebas berfoto di sekitar perkebunan karet tanpa dipungut biaya sepeserpun.

Pada kawasan kebun karet ini, bukan hanya bisa menikmati keindahan pohon karet yang berbaris rapi, Kamu akan melihat banyak bangunan peninggalan sejak jaman penjajahan Belanda seperti rumah-rumah milik bos kebun karet atau kediaman khusus untuk pimpinan atau manajer perusahaan karet.

  • Bagikan