Mediatani | Di tengah luasnya lahan pertanian bawang hijau di Kabupaten Brebes, kini muncul sebuah pemandangan baru setiap malam.
Petani kini tidak lagi dapat tidur dengan tenang di dalam rumah mereka.
Mereka kini memiliki tanggung jawab tambahan yang sangat penting.
Mereka harus berjaga setiap malam di area persawahan.
Tujuan utamanya hanya satu, yakni menjaga bawang mereka yang harganya cukup tinggi dari ancaman pencuri.
Perasaan cemas dan ketakutan kini telah menggantikan rasa gembira dalam menyambut musim panen.
Salah seorang petani yang melakukan ronda setiap malam adalah Nurohman.
Ia merupakan seorang petani bawang merah yang tinggal di Desa Tengki, Kecamatan Brebes.
Saat dihubungi pada Senin (4/8/2025), ia sedang sibuk merawat tanamannya.
Di bawah teriknya sinar matahari, Nurohman yang memakai kaus abu-abu dan topi bundar hitam tampak sedang membungkuk di tengah sawahnya.
Lahan seluas 1.750 meter persegi tampak sangat hijau dan subur dengan daun bawang yang tumbuh tinggi.
Dengan penuh perhatian, ia memeriksa setiap daun, membersihkannya dari serangan ulat.
Perawatan intensif pada siang hari sebanding pentingnya dengan pengawasan yang sangat ketat di malam hari.
Tanaman bawang milik Nurohman kini telah mencapai usia 55 hari.
Maknanya, tinggal sekitar satu minggu lagi sebelum masa panen yang ia nantikan tiba.
Waktu sebelum panen merupakan periode yang paling rentan dan penuh tekanan.
“Ya, kalau biasanya bawang panennya 60 hari, mas. Ini hampir selesai, sudah 55 hari,” katanya.
Nurohman terpaksa merawat bawang miliknya setelah mendengar berbagai isu pencurian.
Perbuatan pencuri yang menargetkan lahan bawang, yang dikenal dengan istilah ‘ngucur’ oleh penduduk setempat, saat ini sedang marak terjadi.
Ia tidak ingin usahanya selama beberapa bulan lenyap begitu saja dalam semalam.
“Giliran dengan kakak setiap malam membuat saya harus berjaga di sawah,” katanya.
Kekhawatiran Nurohman ini tidak terlepas dari sebuah dasar.
Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) telah membenarkan maraknya tindakan pencurian ini.
Ketua ABMI, Dian Alex Chandra, mengatakan bahwa perampokan telah terjadi di berbagai desa.
“Data yang kami terima, pencurian bawang merah terjadi di Desa Wanasari, Sidamulya, Krasak, Lembarawa dan Klampok,” kata Dian.
Penyebab utama maraknya tindakan pencurian ini adalah kenaikan harga bawang merah yang sangat tinggi.
Pada tingkat petani, harganya kini mampu mencapai hingga Rp42 ribu per kilogram.
Harga ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 2022.
Bagi petani seperti Nurohman, harga yang tinggi ini seolah menjadi pedang yang memiliki dua sisi.
Di sisi lain, ini merupakan peluang langka yang bisa memberikan keuntungan besar.
Namun di sisi lain, ia juga perlu menyediakan modal yang jauh lebih besar akibat cuaca yang tidak stabil.
Harapan saya pada musim panen nanti harga tetap tinggi, karena cuaca yang sering mendung tiba-tiba menjadi panas menyebabkan saya harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk membeli obat bawang.
Jika biasanya di lahan seluas seperempat, hingga masa panen biaya terbesar mencapai Rp 3 juta untuk obat pertanian.
“Namun karena cuaca ekstrem, bisa mencapai Rp 7 juta,” tambahnya.
Sekarang, para petani bawang di Brebes seperti Nurohman hanya bisa terus berharap.
Berharap harga tetap tinggi ketika masa panen tiba.
Dan yang paling penting, berharap bahwa ronda yang mereka lakukan setiap malam mampu melindungi bawang mereka dari tangan pencuri.