Usung Ide Pemanfaatan Limbah Udang, Mahasiswa ITERA Lolos Ajang Internasional

  • Bagikan
Limbah udang

Mediatani – Mahasiswa Teknologi Pangan dan Teknik Material Institut Teknologi Sumatera (ITERA) terpilih sebagai Superstar Team pada ajang Rising Star Agrifood Innovation Challenge 2021. Keberhasilan itu diperoleh setelah tim ini menggagas pemanfaatan limbah kulit udang jadi penyedap makanan ramah lingkungan.

The Rising Star Agri-Food Innovation Challenge merupakan kompetisi yang ditujukan untuk mengumpulkan berbagai ide dan inovasi tentang pengembangan solusi dari tantangan mendesak terkait sektor pertanian dan pangan yang ada di dunia.

Kompetisi ini secara eksklusif dihidupkan oleh Indonesia, Malaysia, dan Thailand Growth Triangle University Network (IMT-GT UNINET) dan Green Growth Asia Foundation (GGAF), yang didukung oleh Thought For Food (TFF) Foundation global.

Tim mahasiswa ITERA menjadi salah satu tim Superstar dari indonesia dan mewakili Indonesia yang mengusung nama Wastera dalam ajang kompetisi internasional tersebut. Wastera diambil dari kata waste yang artinya limbah dan tera berasal dari kata ITERA.

“Ide produk ini juga untuk mengurangi kekhawatiran masyarakat terhadap pandangan negatif dari penggunaan penyedap rasa karena dengan adanya produk ini, kini di pasaran sudah ada penyedap rasa yang 100% tanpa campuran komponen buatan,” ungkapya dilansir dari laman ITERA di itera.ac.id.

Tim Wastera yang mengikuti kompetisi ini beranggotakan 5 orang, yang diketuai oleh Zayna Sayyida Ulya mahasiswa Prodi Teknologi Pangan dan 4 anggota lainnya. Yaitu Ichsan Rafi Alamsyah dan Imam Nur Arifin dari Prodi Teknologi Pangan, serta M. Arsy Aqilla Putra R., dan Daniel Christoper Munthe, dari Prodi Teknik Material.

Zayna menyampaikan, ide inovasi yang diusung oleh kelompoknya adalah pengolahan limbah udang menjadi penyedap rasa alami. Gagasan ini bertujuan untuk mengurangi angka food loss di Indonesia yang mengalami kenaikan dan berperan dalam mengurangi pencemaran lingkungan.

“Ide produk ini juga untuk mengurangi kekhawatiran masyarakat terhadap pandangan negatif dari penggunaan penyedap rasa karena dengan adanya produk ini, kini di pasaran sudah ada penyedap rasa yang 100% tanpa campuran komponen buatan,” ujar Zayna.

Thought For Food Indonesia akan memberikan mentoring kepada tim Wastera untuk mempersiapkan presentasi dari ide yang diusung pada Agustus 2021 mendatang. Juara satu kompetisi ini akan mendapatkan hadiah sebesar USD5.000 dan USD2.500 untuk peringkat ke dua.

“Semoga apa yang kami coba gagas dan lakukan dapat menginspirasi masyarakat luas untuk terus melihat potensi yang ada pada limbah, sehingga bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah,” ujar Zayna.

Pemanfaatan limbah udang

Jumlah limbah padat berupa kulit yang besar dari industri pengolahan udang sangat potensial untuk dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah untuk nilai tambah dapat memberikan keuntungan kepada pengolah dan bersifat ramah lingkungan sekaligus menjalankan prinsip “Zero Waste Products”.

Mungkin jarang terpikirkan jika limbah pengolahan udang dapat menjadi barang yang bermanfaat. Padahal, bagian kepala dan kulit udang yang dibuang oleh industri pengolahan akan menjadi limbah yang dapat merusak lingkungan

Selama ini limbah pengolahan udang masih belum banyak dimanfaatkan, baru pada sekarang ini dilirik oleh berbagai kalangan. Limbah udang yang telah melalui berbagai proses biasanya dimanfaatkan sebagai antibakteri, anti jamur dan anti kangker.

Hasil penelitian yang dilakukan Kelompok Bioteknologi BBRP2B menyebutkan bahwa limbah udang yang telah diproses menjadi oligomer kitasan dapat dimanfaatkan sebagai anti jamur perusak produk perikanan.

Dengan mengolahnya menjadi kitosan dan oligomer kitosan (turunan), nilai jualnya menjadi berkali-kali lipat. Limbah udang yang diproses ini bisa memberi manfaat yang sangat luas, mulai dari bidang kedokteran, farmasi, industri makanan, dan industri kimia lainnya.

  • Bagikan