Mediatani – Sebuah hasil penelitian tentang kelayakan ikan di Pulau Jawa menunjukkan bahwa ikan-ikan yang berada di sungai utama Pulau Jawa mengandung mikroplastik sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Dilansir dari Republika, Rabu (1/12), penelitian mengenai kelayakan ikan tersebut dilakukan oleh Lembaga Kajian Ekologi dan Observasi Lahan Basah (ECOTON).
Hal ini sangat disayangkan karena ikan merupakan sumber protein yang rasanya enak dan memiliki kandungan nutrisi dengan Omega-3, DHA dan EPA yang tinggi.
Direktur ECOTON Prigi Arisandi menjelaskan bahwa masyarakat sudah mengetahui bahwa ikan merupakan salah satu protein hewani yang cukup banyak digemari. Jumlah penduduk yang bertambah juga telah membuat bertambahnya kebutuhan konsumsi ikan.
Meski demikian, hal tersebut ternyata tidak diikuti dengan kondisi perairan yang menjadi habitat ikan untuk tumbuh dan berkembang karena telah tercemar oleh sampah plastik.
Prigi mengatakan, studi yang dilakukan oleh lembaganya itu telah dimulai pada awal 2021 di Kali Brantas, Bengawan Solo, dan Sungai Citarum.
Hasil penelitian itu menunjukkan adanya kandungan mikroplastik di tiga sungai terbesar di Pulau Jawa ini. Temuan tersebut juga mengindikasikan bahwa ikan yang terdapat di perairan itu mengandung mikroplastik, sehingga dilakukan identifikasi lebih lanjut oleh ECOTON.
Beberapa jenis ikan kemudian diambil dari semua sungai-sungai tersebut untuk dijadikan sampel. Prigi bersama para peneliti dari ECOTON pun menggunakan sambel tersebut untuk mengidentifikasi kandungan mikroplastik di tubuh ikan.
“Hasil dari penelitian ikan tersebut menunjukkan bahwa seluruh sampel ikan positif mengandung mikroplastik,” ungkapnya.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan ECOTON, diketahui rata-rata ada 42 partikel mikroplastik yang terdapat pada satu ikan di Sungai Bratas, 20 partikel mikroplastik pada satu ikan di Bengawan Solo dan 68 partikel mikroplastik pada satu ikan di Sungai Citarum.
Selain di sungai, identifikasi juga dilakukan di lautan lepas Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. ECOTON mengambil sampel 11 jenis ikan yang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan.
Hasilnya, rata-rata mikroplastik yang terdapat pada satu ekor ikan di Kepulauan Seribu sebesar 167 partikel mikroplastik. Hasil identifikasi ini menunjukkan bahwa rata-rata mikroplastik di perairan lepas justru lebih tinggi dibanding dengan rata-rata mikroplastik di ketiga sungai.
Menurut Prigi, hal ini disebabkan karena laut menjadi “tempat sampah” terakhir dari pencemaran semua sungai tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Guru Besar Teknik Lingkungan dari ITS, Profesor Yulinah Trihadiningrum. Menurutnya, sampah plastik dari sungai yang bermuara ke lautan mencapai 80 persen.
Untuk sementara temuan ini menyimpulkan bahwa ikan di sungai yang terdapat di Pulau Jawa tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Hal itu karena memakan ikan yang mengandung plastik akan membuat kesehatan tubuh manusia menjadi buruk.
Peneliti ECOTON Eka Chlara Budiarti mengungkapkan, mikroplastik menyebabkan tiga potensi yang berbahaya. Secara fisik, mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh akan membuat saluran pencernaan maupun saluran pernafasan mengalami iritasi. Dalam jumlah banyak, akan memicu terbentuknya jaringan sel kanker.
Sementara secara kimiawi, mikroplastik membawa polutan atau senyawa berbahaya ke dalam tubuh manusia, seperti senyawa pestisida, logam berat, detergen, POPs dan sebagainya.
Mikroplastik juga mengandung bahan kimia berbahaya seperti Endocrine Disrupting Chemica (EDC) yang dapat membuat hormon manusia terganggu.