Mediatani – Abrasi yang terjadi di pesisir selatan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim) membuat sejumlah pelaku usaha budidaya atau petambak jenis ikan dan udang di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu mengaku mengalami kerugian yang besar.
Dilansir dari IDN Times, salah satu pembudidaya udang Babulut Laut, Wahyu mengaku merugi karena hasil budidayanya menurun akibat jebolnya tanggul tambak yang dihantam gelombang air laut dan membuat udang serta ikan terbawa arus.
Ia membeberkan, 80 persen dari tambak miliknya yang seluas 17 hektare tanggulnya mengalami kerusakan dan dimasuki air laut hingga membuat banyak udang yang terbawa arus.
Kerusakan tersebut mengakibatkan jumlah hasil panen yang didapatkan tidak sesuai harapan dan mengalami kerugian yang cukup besar.
“Biasanya kalau panen mampu memperoleh hasil hingga satu ton setengah, tetapi baru baru ini akibat abrasi itu kami hanya dapatkan sekitar setengah ton lebih saja,” ungkapnya.
Ia mengaku tanggul tambak miliknya yang berada di perbatasan Kecamatan Long Kali itu sudah ditinggikan namun masih tetap jebol atau mengalami abrasi.
Wahyu mengatakan, abrasi itu terus bertambah setiap tahun sehingga air laut yang masuk semakin meluas hingga ke tambak-tambak lainnya. Biasanya kondisi lebih parah terjadinya setiap akhir tahun karena adanya pasang besar air laut.
Ia khawatir gelombang air laut akan semakin tinggi di bulan Desember dan mengakibatkan seluruh tambak milik pembudidaya yang jumlah ratusan hektare itu akan bertambah jebol dimasuki air laut.
“Kami khawatir akhir tahun ini pasang air laut makin tinggi begitu pula deburan ombaknya, dampaknya banyak tanggul empang milik nelayan jebol dan ikan serta udang budidaya hilang semua,” sebutnya.
Hasan, pembudidaya udang lainnya yang berada di lokasi yang sama juga mengkhawatirkan masalah abrasi yang terjadi di pesisir pantai Babulu tersebut terus meluas sampai ke daratan.
Menurutnya, hingga saat ini masalah abrasi ini belum memdapat perhatian dari pemerintah kabupaten maupun provinsi, padahal masyarakat pembudidaya terus mengalami kerugian.
“Hasil budidaya udang tambak tersebut selama ini menjadi satu-satunya mata pencaharian kami. Biasanya dijual ke Kota Samarinda dan Kota Balikpapan untuk di ekspor. Tetapi khawatir usaha itu akan sirna akibat abrasi yang tidak tertangani,” tuturnya.
Ia berharap, pemerintah bisa segera merespon masalah ini dengan melakukan berbagai upaya yang positif agar abrasi tidak semakin meluas. Salah satunya dengan membuat tanggul atau hal lain yang dapat menahan gelombang atau ombak air laut di sepanjang pesisir pantai.
“Masyarakat takut jika dibiarkan tanpa ada upaya dari pemerintah, bukan tambak saja yang hilang tetapi seluruh daratan pemukiman warga juga hilang terkena abrasi tersebut. Sementara upaya yang dilakukan masyarakat nelayan sangat terbatas dengan cara meninggikan tanggul tetapi tetap jebol,” pungkasnya.