Mediatani – Negara Indonesia merupakan salah satu produsen telur ayam terbesar ke-8 dunia dengan total produksi 1,3 juta ton pada 2019 berdasar data FAO. Berbagai daerah di Indonesia pun turut serta berkontribusi memenuhi kebutuhan telur nasional ini, salah satu di antaranya ialah Blitar. Blitar pun kerap dijuluki sebagai sentra produk unggas.
Berdaarkan keterangan Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Adi Andaka, yang dikutip, Rabu (10/3/2021) dari detikcom, peternakan rakyat di Blitar ada sejak akhir tahun 1970-an dan terus mengalami perkembangan hingga kini.
Saat ini, jumlah peternak rakyat di Blitar pun berkisar 7.372 peternak dan peternak skala perusahaan mencapai 436. Adapun total populasi ayam layer atau ayam ras petelur dari peternak di Blitar mencapai 22 juta ekor.
“Dari populasi itu, dalam 1 hari yang bisa dihasilkan oleh peternak sebanyak 1.150-1.200 ton. Untuk skala lokal sudah termasuk berlebih. Stok ini juga digunakan untuk memasok kebutuhan di luar Jawa, baik itu Indonesia bagian timur atau Indonesia bagian tengah,” ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu saat Jelajah UMKM, dikutip, Rabu (10/3/2021).
Adi menuturkan bahwa produktivitas para peternak ayam telur ini pula tidak terlepas dari letak geografis Blitar yang jauh dari perindustrian. Hal ini membuat aktivitas pertanian, perikanan hingga peternakan tumbuh subur menghidupi ekonomi warga sekitar yang mengadu nasib pada bidang ini.
“Blitar ini dekat dengan pantai selatan dan jauh dari area industri sehingga masyarakatnya rata-rata bergerak di sektor pertanian, baik pertanian tanam pangan, hortikultura, peternakan, dan perikanan (semuanya) berkembang. Jadi Blitar pula kerap dikenal sebagai mutiaranya peternakan di Indonesia,” ungkap dia.
Lebih lanjut, Adi menuturkan secara geografis Blitar juga dibagi menjadi dua wilayah yang dibelah oleh Sungai Brantas. Ada pun Blitar utama yang relatif subur karena ada dua gunung yaitu Gunung Kawi dan Gunung Kelud.
Kemudian pada sebelah selatan wilayah yang relatif kering karena gending selatan sampai di wilayah pantai. Berdasarkan letak geografis itulah Blitar mampu jadi penyumbang telur sebanyak 30% untuk kebutuhan nasional hingga saat ini.
Sebab, warga sekitar paham betul dengan iklim Blitar sehingga mayoritas menggantungkan nasib ekonominya menjadi peternak, seperti salah satunya Ketua Koperasi Putera Blitar Sukarman.
“Blitar itu sebetulnya bekas lahar Gunung Kelud, itu tanahnya luas pasir-pasir di daerah Ponggok terutama. Lama-lama akhirnya peternak mulai merintis, beberapa orang bapak-bapak peternak di Blitar di antaranya bapak Agus Suyono itu sekitar tahun 87 generasi pertama,” imbuh Sukarman.
Sukarman sendiri dulunya merupakan Guru Fisika, namun ketika pensiun dia memilih profesi menjadi seorang peternak ayam layer pada tahun 1996. Dia merupakan peternak generasi kedua yang kini memiliki ayam lebih dari 2.000 ekor ayam. Hasil dari peternakannya, juga ditambah Koperasi mampu menghasilkan telur hingga 200 ton lebih per hari.
“Generasi kedua itu termasuk saya, dan sekarang sudah masuk generasi ketiga. Jadi awalnya semacam itu, karena dulu itu namanya peternak itu sangat menguntungkanlah akhirnya banyak sekali yang ikutan itu menjadi peternak (termasuk saya) hingga sekarang,” jelas dia.
Sebagai informasi, dalam menggairahkan ekonomi para peternak ayam layer di Blitar ini, Bank BRI turut andil dalam memberikan bantuan permodalan usaha kepada sebagian besar peternak lewat KUR (Kredit Usaha Rakyat). Selain itu, baru-baru ini Bank BRI juga menjadikan Blitar sebagai pilot project pengembangan aplikasi Pasar Mikro.
Aplikasi ini bertujuan memudahkan peternak dalam melakukan transaksi penjualan telur langsung kepada pembeli tanpa melewati perantara transaksi (broker).
“Tujuan besarnya nanti adalah kita mampu menyediakan akses pembiayaan melalui aplikasi tersebut. Jadi misalnya saya sebagai pelaku usaha yang sudah bergabung di aplikasi tersebut, transaksi keuangan saya bisa tercermin di aplikasi tersebut dan ter-record,” pungkas Pincab BRI Blitar Yulizar Verda Febrianto. (*)