Mediatani – Korea Utara tengah bersiap menghadapi ancaman krisis pangan akibat musim kemarau yang terjadi di Negara tersebut. Otoritas cuaca setempat memprediksi cuaca kering berkepanjangan akan berlangsung dan sangat terasa hingga pekan depan.
Mengantisipasi hal tersebut, Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un mengambil tindakan yang menarik perhatian dunia. Pasalnya, dirinya mengirim sejumlah pekerja kantoran dan buruh pabrik ke daerah pertanian di seluruh negeri.
Berdasarkan laporan media pemerintah Korea Utara, para pekerja kantoran dan buruh pabrik itu ditugasi untuk bergabung dalam perang melawan kekeringan di tengah ancaman krisis pangan berkepanjangan.
Mereka bertugas memperbaiki keadaan di Korea Utara dari krisis pangan pasca pandemi CoronaVirus Disease-2019. Selain itu, permasalahan kekeringan dan banjir telah menjadi bencana musiman yang tak kunjung menemui perbaikan yang signifikan.
Meski ada sedikit perbaikan di awal tahun lalu, Negara komunis ini tidak memiliki sistem irigasi dan infrastruktur pertanian lainnya. Sehingga segala ancaman bencana alam dapat melumpuhkan perekonomian Korea Utara yang tertutup dan terombang-ambing akibat sanksi internasional.
Sementara itu, Surat kabar Korea Utara Rodong Sinmun mengabarkan pejabat pemerintah dan perusahaan serta pekerja pabrik akan bekerja sama dengan petani di seluruh negeri dalam mendistribusikan peralatan pompa. Selanjutnya untuk dikembangkan menjadi sarana sumber air di daerah rawan kekeringan.
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari pemerintah tentang segala bentuk kerusakan akibat kekeringan yang terjadi ini. Namun, upaya pemerintahan Kim Jong Un itu terlihat sebagai bentuk penanganan dampak terjadinya musim kemarau yang melanda Korea Utara.
“Upaya sistematis dan agresif sedang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran publik dan memobilisasi semua kemampuan yang tersedia untuk mencegah kerusakan tanaman akibat kekeringan sebelumnya,” terang berita dalam surat kabar itu sebagaimana dikutip dari Reuters.
Selain buruh dan pekerja kantoran, unit pekerja muda yang disebut dolgyeokdae atau brigade pemuda juga telah dikerahkan untuk berpartisipasi menyelesaikan ancaman kekeringan. Biasanya, brigade ini hanya dimobilisasi dalam proyek infrastruktur besar. Sedangkan baru-baru ini mereka bekerja penuh dalam membangun saluran air di kota pelabuhan timur Hamhung sebagai bagian dari upaya untuk memodernisasi dan memperluas jaringan saluran irigasi.
Sumber berita lainnya yang dikutip melalui Reuters mengabarkan para petani di daerah Anju dan Kaechon, sebelah utara ibu kota Pyongyang, mengantisipasi kekeringan dengan membuat kolam, meningkatkan pemberian pupuk dan penambagan zat pengatur tumbuh ke tanaman yang dikembangkannya. Para petani juga memanfaatkan traktor dan truk untuk mengangkut air ke lahan pertanian.
Data dari Otoritas cuaca Negara Korea Utara menunjukkan suhu rata-rata untuk April adalah 2,3 derajat Celcius lebih tinggi dari biasanya. Sedangkan curah hujan rata-rata Nasional diperkirakan hanya mencapai 44%.
Di sisi lain, PBB telah mendesak Korea Utara untuk membuka kembali perbatasannya agar impor makanan bisa berjalan dengan baik pada bulan Maret lalu. Menurut analisis PBB, semakin ketatnya pembatasan justru akan meningkatkan jumlah rakyat Korea Utara yang menghadapi kelaparan.
Pada masa sebelum pandemi, Program Pangan Dunia (WFP) mengungkapkan data sebanyak 11 juta orang atau lebih dari 40 persen populasi Korea Utara berada dalam keadaan kekurangan nutrisi dan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Kini, setelah berselang lebih dari dua tahun, jumlahnya diprediksi mengalami peningkatan yang besar.
Selama pandemi, Korea Utara belum mengumumkan secara resmi kasus Covid-19 yang terkonfirmasi meskipun pemerintah setempat telah menutup perbatasan dan pembatasan perjalanan. Namun pada awal tahun ini, Korea Utara kembali melanjutkan perdagangan dengan China.