Mediatani – Pada tahun 2020 kemarin, Pemerintah Kabupaten Sinjai mendapat bantuan budidaya ikan lele secara bioflok dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bantuan yang disalurkan untuk Pondok Pesantren Darul Istiqamah Puce’e itu kini telah menuai hasil yang menggembirakan.
Bupati Sinjai, Andi Seto Asapa (ASA) mengungkapkan bahwa hanya empat pesantren di Kabupaten Sinjai yang mendapat bantuan tersebut. Harapannya, bantuan ini dapat dikelola dan dikembangkan secara mandiri oleh warga pesantren, sehingga mampu meningkatkan perekeonomiannya.
ASA juga meminta warga pesantren untuk menjaga budidaya ini dengan baik agar pesantren ke depan bisa hidup mandiri. Bahkan, dia mengaku optimis dengan adanya budidaya ini dapat membuat pondok pesantren menjadi modern.
“Selaku pemerintah daerah akan terus memberikan perhatian bagaimana supaya pengembangan ikan nila maupun ikan lele ini dapat berjalan dengan baik, termasuk dari segi pemasaran,” ujar Bupati ASA, dilansir dari Bonepos, Minggu, (4/4).
Selain itu, tambahnya, pihaknya juga akan terus memberikan perhatian kepada pihak pondok pesantren, seperti halnya bantuan dana hibah dan program tahfiz yang saat ini telah berjalan.
Sementara itu, Pembina Pondok Pesantren Darul Istiqamah Puce’e, Rahmatullah mengungkapkan terima kasihnya kepada Bupati ASA beserta jajarannya yang telah memberikan perhatian khusus untuk sektor perikanan melalui budidaya ikan lele.
“Insya Allah, apa yang menjadi amanah dari pemerintah daerah akan kami manfaatkan dengan baik, agar dapat dinikmati oleh penghuni pondok,” ujarnya.
Rahmatullah menyampaikan bahwa bantuan budidaya ikan secara bioflok yang disalurkan pemerintah pada tahun 2020 ini terdiri dari kolam ikan sebanyak 20, serta bantuan bibit ikan lele masing-masing sebanyak 300 ekor per kolam.
Menurutnya, budidaya ikan lele yang dilakukan dengan sistem bioflok memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, di awal-awal memulai sempat mengalami kegagalan karena para santri belum punya pengalaman dalam pengelolaannya.
Namun, seiring berjalannya waktu serta dengan adanya edukasi dari konsultan perikanan, budidaya ikan lele yang dilakukan ini telah membuahkan hasil dan kini sudah bisa dinikmati oleh warga pesantren.
“Alhamdulillah tiga bulan terakhir ini budidaya ikan lele maupun ikan nila yang ada di kolam sudah kita nikmati dan hasilnya cukup memuaskan. Para warga pesantren sudah menikmati hasilnya,” ungkapnya.
Rahmatullah juga mengatakan bahwa kolam ini telah berhasil dikelola secara mandiri oleh para santri dan kebanyakan hasilnya juga dapat dikonsumsi oleh para santri itu sendiri sebagai lauk untuk makanan sehari-hari.
Ia mengaku masih kesulitan untuk menjualnya karena konsumen ikan ini masih kurang dan hanya orang-orang tertentu saja yang mau membeli. Namun, ia mengatakan siap untuk memenuhi pesanan ikan lele yang datang dengan harga Rp15 ribu per kilogramnya.
Lebih lanjut Rahmatullah menyampaikan bahwa adanya bioflok ini telah memberikan dampak positif terhadap kondisi perekonomian pesantren dan para santri juga dapat diberdayakan dalam pengembangan perikanan.
“Sejak adanya bioflok ini, tingkat perekonomian pesantren semakin meningkat dan para santri juga semakin berdaya dengan mengelola kolam ikan ini, sehingga aktivitas mereka juga tidak hanya sekadar belajar agama,” ujarnya.
Rahmatullah juga berharap ada perhatian dari pihak Pemkab Sinjai untuk membantu pemasaran ikan lele hasil budidaya tersebut.
Sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Sinjai memang menjadi sektor yang memiliki prospek yang menjanjikan karena mampu mendorong kemajuan ekonomi di daerah tersebut.
Tercatat, pada 2019 total produksi hasil perikanan tangkap di Kabupaten Sinjai mencapai nilai Rp 528, 147 milyar dengan total produksi 35.935 ton dalam setahun dan perikanan budidaya senilai Rp. 58,926 milyar dengan volume produksi 43.572 ton dalam setahun.