Mediatani – Koperasi Nelayan Berdaulat yang merupakan gabungan dari nelayan di pesisir selatan Sukabumi, kini tak lagi bergantung pada musim untuk memenuhi kebutuhan ikan di pasar lokal. Sebelumnya, mereka terpaksa harus mendatangkan ikan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhan Ratu atau bahkan dari Jakarta saat musim paceklik.
Berkat adanya bantuan barupa cold storage atau gudang beku dan Air Blast Freezer (ABF) dari Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), ikan hasil tangkapan nelayan yang diperoleh pada saat cuaca baik dapat dibekukan dan disimpan sebagai persediaan.
Ketua Koperasi Nelayan Berdaulat, Atin Irawan mengungkapkan berkat adanya bantuan cold storage tersebut, kesegaran mutu ikan tetap terjaga dan kapasitas jual beli ikan bisa diatur menyesuaikan kondisi permintaan dan harga pasar tanpa terpengaruh adanya musim.
Selain dapat menyiman hasil tangkapan, bantuan ini juga dapat mengefisiensi biaya operasional bisnis koperasi dan adanya multiplier effect. Bahkan, Atin memastikan, dampak langsung dari bantuan tersebut dapat dirasakan oleh banyak masyarakat, mulai dari para nelayan, kelompok pemasar, pengolah ikan, pemilik moda transportasi dan konsumen lainnya.
“Karena mereka lebih terjamin mendapatkan manfaat karena meningkatnya kelancaran bisnis Poklahsar setelah mendapatkan bantuan gudang beku,” sambungnya.
Atin membeberkan, Koperasi Nelayan Berdaulat merupakan UMKM di wilayah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Ciwaru memiliki anggota sebanyak 20 orang. Mereka semua bergerak di bidang usaha penangkapan, pengolahan dan distribusi ikan segar.
Adapun lokasi cold storage atau gudang beku tersebut berada di jalan Ciwaru – Palangpang, Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat.
“Sudah pasti koperasi membutuhkan gudang beku dan ABF untuk bahan baku pengolahan dimasa paceklik. Jadi bantuan ini sangat tepat,” urainya.
Hal ini juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono yang mengharapkan dengan adanya bantuan gudang beku dapat membuat pasokan dan harga ikan baik hasil tangkapan laut maupun hasil budidaya lebih stabil.
Menteri Trenggono juga berharap, bantuan cold storage tersebut tepat sasaran sehingga dapat memace semangat para pelaku usaha perikanan untuk lebih giat berbisnis, serta lebih menjaga aspek mutu dan keamanan pangan ikan agar tercipta nilai tambah terhadap produk perikanan.
Sementara Dirjen PDSPKP, Artati Widiarti menyebutkan, bantuan gudang beku portable yang disalurkan itu berkapasitas 20 ton dan ABF berkapasitas 1 ton/hari sesuai dengan potensi perikanan tangkap di TPI Ciwaru.
Selama 2019 lalu, total produksi yang dihasilkan sebesar 296.046 ton yang terdiri dari ikan tongkol, layur, layang, udang dan teri sebagai komoditas dominan. Saat ini jumlah armada yang ada di TPI Ciwaru sekitar 200 kapal dengan kapasitas tampung 500 kg setiap kapal.
Sementara koperasi mampu memproduksi sebesar 94,634 ton atau 31,7% dari total produksi TPI Ciwaru. Artati menyebutkan, beberapa jenis ikan olahan yang berkembang di Ciwaru adalah ikan asin dengan bahan baku ikan teri, rebon, dan layur kecil serta pemindangan dengan bahan baku ikan tongkol, salem, banjar, etem, dan cakalang.
Dengan adanya bantuan ini, Artati berharap nelayan tak hanya memasarkan ikan produksinya untuk kebutuhan lokal, melainkan bisa didistribusikan ke Sukabumi atau luar daerah. Terlebih, gudang beku dan ABF tersebut bisa digunakan untuk menjaga kesegaran dan mutu produk ikan.
“Jika sebelumnya ikan tidak dapat disimpan karena tidak ada gudang beku sehingga yang terjadi adalah penurunan mutu ikan dan harga jual,” tandasnya.