Berkenalan dengan Syarif Syaifullah, Petani Asal Indonesia yang Mengadu Nasib di Negeri Paman Sam

  • Bagikan
Pemilik Haiqal's Garden, Syarif Syaifullah, warga negara Indonesia di Philadelpia Amerika

Mediatani – Pemilik Haiqal’s Garden, Syarif Syaifulloh, seorang warga negara Indonesia yang hampir 20 tahun menetap di Philadelphia, Amerika Serikat menjalani urban farming di negeri Paman Sam. 

Selama tinggal di Philadelphia, di luar kesibukannya sebagai juru masak di salah satu rumah sakit anak terbaik di AS, ia juga menekuni kegiatan bertani. Karena ketekunannya dalam bertani itu, ia lantas dipanggil Pak Tani oleh kerabatnya di USA.

Syarif menceritakan, sebutan Pak Tani itu awalnya dari para teman-teman di USA lima tahun yang lalu, saat itu ia mengajari cara bercocok tanam di negara empat musim.

“Teman-teman lebih gampang manggil Pak Tani, dan icon itu ternyata menjadi trend. Maka dari itu saya selalu pakai #paktani karena orang Indonesia saat itu jarang yang menekuninya.” kata Syarif kepada Mediatani memalui WhatsApp.

Merantau sejak 2001 ke Amerika Serikat dan menikah pada 2009, Syarif dan istri pun mulai mengelola lahan seluas 80 meter persegi. Awalnya, lahan tersebut kosong dimana hanya ada rumput dan taman.

Alhasil, karena ingin mengkonsumsi makanan sehat, Syarif dan istri memutuskan memanfaatkan lahannya itu dengan memulai pertanian kota atau urban farming khusus tanaman sayuran.

Perantau Indonesia ini mengaku sangat serius dalam mengerjakan urban farming di Amerika Serikat. Selain karena ingin hidup sehat, ia juga mengakui harga sayuran disana tergolong cukup mahal.

Dia bisa menanam beberapa sayuran di atas lahan tersebut, seperti kale, brokoli, dan seledri. Secara total, ada sekitar 40 jenis sayuran yang dia tanam di lahan miliknya.

Adapun untuk bibit, pada awalnya Syarif membelinya di Amerika dan memilih bibit yang organik. Karena konsistennya dalam berkebun, banyak teman Diaspora Syarif yang kemudian memberikan bibit kepadanya. Bahkan, perusahaan Amerika, cargo M Plus M turut memberikan bibit secara gratis selama hampir 3 tahun ini.

“Selain itu juga, ada bibit-bibit dari Indonesia, karena tidak semua bibit dari Asia ada di Amerika seperti halnya bibit kangkung, bayam merah, cabe keriting. Kalaupun ada, harus beli online dan harganya sangat mahal.” ujar Syarif.

Syarif juga mengungkapkan, urban farming yang dilakukannya juga sering mengalami kegagalan, bibit yang ditanam tidak bisa langsung tumbuh karena karakter tanah yang sangat berbeda antara Indonesia dan Amerika lempar bibit bisa langsung tumbuh.

Alhasil, umumnya dia memulai per April adalah penanaman bibit. Begitu memasuki Juni, dia akan menuai panen. Pada musim gugur, Syaiful mengubah tanah karena kadar pupuk juga kian berkurang. Musim ini diakui saat yang tepat memperbaharui medium tanam.

Jika berbicara tentang pendapatan, tentu sangat menjanjikan karena banyaknya grocery yang siap menampung produk Syarif. Akan tetapi dari awal mula memulai berkebun, Syarif hanya membagikan produknya ke masyarakat. Hal itu dilakukannya karena sayuran di sana bagi perantau sangat sulit dan mahal harganya.

“Hampir 10 tahun saya berkebun semua hasil panen saya saya berikan cuma-cuma kepada masyarakat baik masyarakat Indonesia ataupun Amerika.” ungkap Syarif.

Syarif juga menceritakan, dirinya beberapa waktu yang lalu memanen kangkung seluas 20 meter persegi. Sebanyak 8 meter persegi ia berikan ke 8 keluarga yang ada disana, padahal kangkung boleh dikatakan salah satu komoditi yang mahal karena penggemarnya hanya orang Asia.

Tidak hanya sekedar mendapat sebutan Pak Tani karena ketekunannya bertani, ia juga memperoleh beberapa penghargaan dari Pemerintah Daerah Philadelpia. Penghargaan itu yakni Fatherhood Award atau Bapak Teladan dari Meternity Care Coalition Philadelphia USA tahun 2013, dan Pilot Project Feed The Barrel/Oil Recycling Dari IDN Philadelphia, tahun 2014.

  • Bagikan