Cerita perjalanan penulis, Ais Nurbiyah Al-Jum’ah saat mengunjungi Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA).
Mediatani – Udara sore yang sejuk menemani perjalanan kami menyintasi desa-desa kecil nan asri di Kabupaten Nganjuk. Hari itu, saya dan seorang teman (Hikmah) mengunjungi Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (POMOSDA) yang berlokasi di Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Dari Kampung Inggris, Pare, kami menempuh perjalanan sekira, 45 menit untuk sampai di gerbang POMOSDA. Kami disambut oleh petugas yang menyemprotkan hand-sanitizer dan mengecek suhu tubuh kami. Udara yang sejuk, membuat tubuh saya terasa lebih dingin dari biasanya.
Memasuki pintu gerbang, saya melihat beberapa santri laki-laki berlarian masuk ke masjid mengejar waktu shalat ashar. Saya yang baru tiba mengikuti mereka.
“Di sini semua keran, airnya bisa diminum,” kata Hikmah, yang setiap pekan, dari Malang ikut kajian di POMOSDA. Saya menimpali dengan kalimat takjub, “Selain itu, PH air di sini di atas 8. Bahkan lebih bagus dari air kemasan di luaran sana.” Ucapnya lagi.
Selain sumber air berkualitas tinggi yang bisa ditemukan di setiap sudut, pesantren ini juga memiliki lahan dengan tim pengelolah yang secara khusus mengurus pertanian.
Setelah shalat, kami berjalan-jalan mengitari pesantren. Di antara Gedung-gedung sekolah, tidak sulit menemukan tanaman-tanaman pokok- yang biasanya dikonsumsi setiap hari. Mulai dari dari cabai, anggur, buah tin, hingga bunga teratai yang bermekaran di dalam baskom.
POMOSDA diasuh oleh Kyai Tanjung yang dalam proses perjalananya memiliki visi: Kecakapan hidup (life skill) yang merefleksikan nilai-nilai keberagamaan (addinul haq, addinul khalish, ad-diinul qayyim, ad-diinul hanif), dengan jiwa Al-Faqir (kebutuhan yang kuat dalam penghambaan pada Allah).
Dengan memberdayakan dan mengoptimalkan potensi diri dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan serta jiwa entrepreneur didasarkan atas kebutuhan mendekat kepada Diri Dzat Al-Ghayb Yang Allah Nama-Nya guna Me-MahaSucikan KeberadaanNya) atas realisasi Kesadaran pembelajar.
Tiba-tiba smartphone saya bergetar. Sebuah pesan baru saja masuk dari seorang santri saya tahu juga tinggal di POMOSDA.
Ia samasekali tidak tahu bahwa kami berada di tempat yang sama, sebelum ia menanyakan tentang buletin terbaru yang secara regular kami terbitkan.
Langsung saja, saya mendatanginya di lapangan. Setelah cukup berbasa-basi, kami bergegas menuju rumah salah satu pengurus di POMOSDA. Di sana kami akan bertemu seorang herbalist.
Kami memanggilnya Mas Aryo. Ia juga salah satu santri di POMOSDA . Dengan topi blankon berwarna gelap, dengan senyum tipis, ia menyambut kami.
Pemilik rumah menyuguhkan kami minuman hangat. Malam yang dingin menjadi hangat dengan satu-dua tegukan fermentasi anggur.
Mereka menyebutnya “nutritan”. Berasal dari kata nutrisi. Minuman yang diolah dan difermentasi khusus memiliki tingkat nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dikonsumsi secara langsung.
Selain minuman fermentasi anggur, kami juga disuguhkan minuman fermentasi belimbing, nanas, dan buah lainnya.
Mas Aryo menjelaskan pada dasarnya, manusia diserang penyakit karena makanan yang dikonsumsi tidak sehat. Saat ini, orang-orang telah dibiasakan mengonsumsi gorengan yang minyaknya berasal dari minyak sawit dengan resiko kolestrol yang tinggi.
Saya berkonsultasi tentang pengakit maagh/gerd yang telah diidap oleh satu keluarga saya selama bertahun-tahun. “Siapa-siapa saja yang sakit gerd?” Tanya Mas Aryo.
“Semuanya, satu keluarga!”.
Mas Aryo tertawa mendengar jawaban saya.
Ia mengajarkan cara membuat ramuan herbal untuk penyakit maagh. Ramuan itu diberi nama Wedang Kedawan. Wedang dari bahasa Jawa berarti minuman. Dalam ramuan itu, berbagai tanaman rempah dicampur. Ada kunyit, jahe, lengkuas, kayu manis, daun salam,sereh, dan jeruk nipis.
Sebenarnya, tanaman-tanaman itu sangat mudah tumbuh dan bisa kita tanam di pekarangan rumah. Tanaman yang tidak sulit menyuburkan dirinya sendiri. Tidak perlu disiram dan diberi pupuk secara rutin.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, kami lalu berpamitan. Sebelum pulang, saya dan Hikmah yang sejak tadi terobsesi dengan rasa fermentasi buah anggur, akhirnya memutuskan membeli satu bibit anggur.
Sebelum kembali ke Pare, saya mampir ke Waserda membeli beberapa benih dan coklat untuk dibawa pulang, ke Makassar. Di rak, saya mengambil bibit lobak, bayam, dan wortel, serta lima bungkus coklat kelor.
POMOSDA memiliki program-program yang mengedukasi para santri untuk paham cara bertani, dan mengelolah hasil pertanian. Selama ini, para petani berhenti setelah saat panen.
Petani-petani tidak dipersiapkan kemampuan mengelolah hasil panen. Di Waserda (toko), disediakan beberapa produk hasil karya POMOSDA, di antaranya: coklat kelor, akatte (ramuan mempercepat regenerasi sel dan imun tubuh), akar tanjong (minuman herbal), brem, benih tanaman, dan pupuk.
Di POMOSDA, para santri belajar mengalami cara menanam dan memenuhi kebutuhan konsumsi mereka dari apa yang ditanam.
Menurut Bapak Kyai Tanjung dalam beberapa ceramahnya yang sering saya dengar, ketika berkunjung langsung ke POMOSDA ataupun melalui kanal Youtube, beliau selalu menegaskan bahwa menanam adalah keterampilan yang harus dilimiliki oleh setiap manusia.
Kita tahu bahwa kebutuhan mendasar manusia adalah makan. Dan karena itu, telah menjadi keharusan bagi setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan makannya.
Program yang gencar dikampanyekan POMOSDA menerima sambutan positif dari pemerintah. Beberapa waktu lalu, Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Teten Masduki berkunjung ke POMOSDA.
Beliau mengatakan bahwa yang dikembangkan Pak Kiai, sebenarnya adalah membangun perkuatan ekonomi yang berbasis masyarakat. Yang mana Kopotren dapat menjadi agregator dan konsolidator dari usaha-usaha berbasis masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan konsep pemerintah, yaitu menggunakan koperasi untuk mengkonsolidasi usaha-usaha kecil perorangan dalam skala ekonomi.
Setali dengan pernyataan itu, Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur dan Ketua DPR RI, Puan Maharani, turut mengapresiasi dan mendukung program POMOSDA.
Pada tanggal 29 September 2021 lalu, Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur mengunjungi Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (Pomosda) dalam rangka menijau proses produksi produk-produk yang dihasilkan oleh santri melalui pembinaan Bapak Kiai Tanjung.
Di Jawa Timur, Khofifah menggangas program Opop yang merupakan sebuah program peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis Pondok Pesantren melalui pemberdayaan santri, pesantren dan alumni pondok pesantren.