BMKG Prediksi La Nina Muncul di Akhir Tahun, Ini Dampaknya di Sektor Pertanian

  • Bagikan
Sumber foto: atmosfer.org

Mediatani – Menjelang akhir tahun 2021, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi akan muncul La Nina di sejumlah daerah di Indonesia.

Menurut BMKG, dampak dari La Nina ini relatif sama dengan tahun 2020 yang lalu, hanya saja terjadi perluasan pada wilayah yang terdampak.

Peringatan dini dan dampak pada wilayah terdampak La Nina ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada Konferensi Pers Daring dan Luring BMKG, pada Senin (18/10/2021).

Dilansir dari laman pikiran-rakyat.com, Dwikorita mengatakan bahwa La Nina yang diprediksi pada akhir tahun ini akan berdampak pada beberapa sektor khususnya sektor pertanian dan perikanan.

“La Nina akan menyebabkan tingginya curah hujan sehingga harus diwaspadai oleh pihak-pihak yang bekerja di sektor pertanian dan perikanan,” ungkap Dwikorita.

Curah hujan yang tinggi dikhawatirkan bisa menimbulkan kerusakan terhadap tanaman serta lahan karena terjadinya banjir. Selain itu, kelembapan udara juga meningkat, serta munculnya organisme pengganggu tanaman (OPT).

“Pasca panen, curah hujan yang tinggi akan mengurangi kualitas hasil panen karena kadar air yang meningkat,” ucap Dwikorita, saat webinar Antisipasi Iklim Ekstrim sebagai Dampak La Nina melalui Sekolah Lapang, Kamis, 28 Oktober 2021.

Curah hujan yang tinggi juga berdampak pada sektor perikanan. Diprediksi, kondisi perairan akan sering dilanda gelombang tinggi sehingga berdampak pada pasokan ikan yang menurun. Selain itu, keselamatan para nelayan juga menjadi prioritas utama.

Sekolah Lapang Iklim (SLI) dan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN), menurut Dwikorita, dapat menjadi sarana untuk mengantisipasi dalam mengurangi risiko dampak dari La Nina.

Selain menjelaskan terkait dampak buruk dari La Nina, kegiatan SLI dan SLCN ini juga menjelaskan terkait dampak positif bagi para petani dan nelayan.

La Nina, menurut Dwikorita, juga dapat menyediakan pasokan air yang berpotensi untuk meningkatkan hasil produksi sektor pertanian.

Sebagai contoh, kegiatan SLI yang berlangsung di Desa Legoksari, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada bulan Juni tahun 2020 lalu. Pelaksanaan panen bawang dengan menggunakan demontration plot (demplot) SLI dinilai mampu menghasilkan produk yang berkualitas.

Hal yang sama juga terjadi pada aktivitas kegiatan SLCN. Rupanya, hal ini juga berdampak cukup baik pada perubahan pola pikir para nelayan.

Nelayan sudah mulai mengaplikasikan update informasi tentang cuaca maritim secara berkala agar bisa terhindar dari kecelakaan akibat angin kencang dan hujan badai siklon tropis Seroja.

Oleh sebab itu, Dwikorita mengimbau kepada para pemangku kepentingan untuk memberikan dukungan pengembangan SLI/SLCN di wilayahnya.

Hal ini dinilai akan mencerminkan bahwa pendampingan terhadap para petani dan nelayan akan menjadi aksi kolektif-kolaboratif berbasis kemitraan yang setara yaitu kemitraan pemerintah-publik-swasta dengan semangat gotong royong.

Melalui Rakornas ini, Dwikorita berharap agar seluruh UPT BMKG daerah, menjadi lebih aktif untuk mengawal informasi cuaca dan iklim bersama para petani dan nelayan.

  • Bagikan