Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman asli sungai Amazon Brazil dan telah di introduksi ke daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia (Langeland dan Burks, 1998 dalam Maysara 2010). Eceng gondok di Indonesia pada mulanya diperkenalkan oleh kebun raya Bogor pada tahun 1894 yang akhirnya berkembang di Sungai Ciliwung sebagai tanaman pengganggu atau gulma.
Tumbuhan eceng gondok
Menurut Sastroutomo (1990), secara botanis eceng gondok diklasifikasikan sebagai tumbuhan yang tergolong dalam divisi Embryophytasi Phonogama dengan sub divisi Spermatophyta. Tumbuhan berkeping satu (monocotyledoneae) ini berordo Ferinoseae yang berada dalam famili Pontederiaceae bergenus Eichhornia, tumbuhan ini dikenal dengan spesies Eichhornia crassipes (Mart) Solm.
Ecenggondok merupakan herba yang mengapung, menghasilkan tunas merayap keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi tumbuhan baru dengan tinggi 0,4 – 0,8 m tumbuhan ini memiliki bentuk fisik berupa daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset).
Setiap tangkai pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang melengkung rapat panjang 7-25 cm, gundul dan warna daun hijau licin mengkilat (Hernowo, 1999 dalam Maysara 2010).
Bakal buah memiliki tiga ruang dan berisi banyak. Tangkai daun pada eceng gondok bersifat mendatangkan dan membangun spon yang membuat tumbuhan ini mengambang.
Bunganya termasuk bunga majemuk berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak memiliki tiga ruang dan warna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. (Artati dan Fadillah, 2006)
Membuat Pakan dari Fermentasi Enceng Gondok
Awalnya penggunaan enceng gondok sebagai pakan ternak karena banyaknya tanaman enceng gondok yang banyak tumbuh di sekitar rumah para peternak kalkun tersebut.
Didampingi dosen dan mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang, para peternak kalkun di Desa Undaan berhasil membuat fermentasi tumbuhan enceng gondok sebagai pakan alternatif ternak kalkun.
Cukup mudah membuat fermentasi tanaman enceng gondok ini. Tumbuhan enceng gondok yang banyak dijumpai di sekitar pekarangan dipotong kecil-kecil, kemudian dicampur dengan bakteri starter dan molese atau tetes tebu.
Setelah tercampur dengan merata, selanjutnya dimasukkan dalam ember dan ditutup rapat. Setelah empat hari fermentasi enceng gondok sudah bisa digunakan untuk pakan ternak.
Selama proses fermentasi, enceng gondok ini mengalami peningkatam nilai nutrisi. Hal itulah yang membuat enceng gondok ini memiliki nilai gizi yang lebih baik dan sangat efektif sebagai pakan alternatif kalkun.
Selain itu juga terjadi perombakan struktur serat sehingga mudah dicerna dan mengandung bakteri yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Ternak pakan ini juga cukup efisien karena mampu bertahan hingga 3 bulan. Selengkapnya Baca di Gunakan Enceng Gondok Sebagai Pakan
Referensi:
Maysara Ulfa, 2010, Skripsi, Perkembangan Populasi Ikan Gabus Pada Berbagai Kepadatan Populasi Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) di Perairan Danau Tempe Kabupaten Wajo, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sastroutomo, S. S. 1991. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Artati EK. Dan Fadillah. 2006. Delignifikasi dengan proses Organosolv. http://www.sirine.uns.ac.id/penelitian.php?act=detail&idp:347 [6 September 2012].