Mediatani – Upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor peternakan terus ditingkatkan. Beternak atau budidaya kelinci pedaging atau kelinci potong pun menjadi daya tarik dan menarik perhatian DPRD Jateng.
Dilihat dari respon pasar yang bagus, ternyata daging kelinci mendapat tempat dan penjualannya dari tahun ke tahun, dan hal itu cenderung ada peningkatan. Budidaya kelinci pedaging pun menjadi salah satu sektor yang patut diperhitungkan pada saat pandemi Covid-19 ini.
Apresiasi itu pun disampaikan langsung oleh Komisi C yang membidangi pendapatan daerah saat meninjau langsung lokasi Taman Ternak Kelinci, Balai Budi Daya dan Pembibitan Ternak Terpadu non Ruminansia Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng, di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, awal Maret 2021, beberapa waktu lalu.
Ketua Komisi C Bambang Haryanto, melansir dari situs dprd.jatengprov.go.id, Jumat (12/3/2021), melihat potensi balai yang dimiliki oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai cara menopang PAD selain dari sektor pajak, BUMD dan pariwisata.
Terlebih, peningkatan pendapatan lewat hasil peternakan bisa menjadi cara stimulan bagi pemerintah dan masyarakat untuk optimalisasi aset daerah. Hal itu tentunya diiringi dengan kualitas dan tata manajemen yang baik agar produk yang dihasilkan juga menjadi unggulan.
“Potensi peningkatan pendapatan daerah melalui sektor peternakan pun bisa menjadi potensi yang unggul di samping pajak dan BUMD. Pandemi Covid-19 yang belum usai memukul mundur pendapatan di bidang pajak karena nilai perekonomian masyarakat yang cenderung turun”
“Maka bila potensi balai Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terus digali dimungkinkan bisa menjadi tren pendapatan daerah, karena produk hasil ternak banyak macamnya. Dengan tata kelola dan manajemen yang baik, bukan tidak mungkin nantinya Jawa Tengah bisa mempunya sektor hasil peternakan unggulan,” jelas legislator PDIP ini.
Di sisi lain, anggota Komisi C, Siti Rosidah menambahkan, Taman Ternak Kelinci di Kabupaten Semarang itu bisa sebagai sokongan pendapatan alternatif daerah dan model percontohan inovasi produk setiap daerah yang memiliki potensi tersebut.
Dia pun berharap adanya peningkatan kualitas dan mutu juga pelayanan bisa menarik minat masyarakat untuk ikut andil dan turut berpartisipasi dalam pengembangannya.
“Potensi produk kelinci sangat menarik, selain mudah dalam proses perawatannya. Hasil dari kelinci pedaging juga banyak dilirik masyarakat selain karena rasanya yang enak juga bergizi,”
“Kami ingin setiap balai taman ternak dapat meningkatkan kualitas dan tata manajemen yang baik sehingga bisa menarik minat masyarakat yang datang seperti belajar tata pengelolaan dari pembuatan kandang sampai pakannya,” harap politikus PKB itu.
Menanggapi dewan, sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Saeful Latif memaparkan bahwa setiap balai taman ternak mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan.
Namun, lanjut dia, ada beberapa kekurangan yang terus diperbaiki. Terutama perihal pakan yang masih sangat jauh dari kualitas unggulan, selain itu sarana prasarana pun masih minim.
“Semua balai taman ternak di bawah Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai potensi hasil unggulan, saat ini yang menjadi primadona adalah kelinci dan kalkun. Produk daging tersebut banyak diminati masyarakat karena kualitas rasa dan daging yang enak,”
“Kekurangan yang menjadi pekerjaan rumah setiap balai ialah minimnya sarana prasarana, makanan ternak yang belum memadai, sehingga seringkali menimbulkan bau yang tak sedap karena lokasi balai berdekatan dengan rumah warga,” jelas dia.
Pihaknya mengharap dukungan dari dewan untuk bisa meningkatkan potensi peternakan tersebut agar bisa menjadi aset potensi pendapatan daerah.
Untuk sekadar diketahui, jumlah kelinci yang dimiliki Balai Taman Ternak Kelinci Kabupaten Semarang berkisar 320 ekor dengan perincian kelinci dewasa 13 jantan, 85 betina, kelinci muda 3 jantan dan 21 muda.
Bagi kamu yang berminat beternak hewan yang satu ini, mediatani.co sudah menyiapkan cara beternaknya. Baca selengkapnya dengan mengklik di sini. (*)