Mediatani – Aturan mengenai program reforma agraria diharapkan dapat terealisasi segera mungkin. Hal ini demi melancarkan penyebaran lahan pangan, utamanya untuk membantu kerja-kerja para petani di berbagai daerah dalam menggarap lahan mereka.
Dukungan petani skala kecil merupakan salah satu instrumen yang sangat penting dalam meningkatkan hasil produksi, seperti dukungan agar petani mudah untuk mengakses suatu lahan pertanian.
“Pada tahap awal ini perlu ditinjau ulang program reforma agraria yang sudah ada dan dikoreksi karena masih sangat jauh dari target tujuan awalnya,” ucap Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, Said Abdullah.
Menurut Said, selain dari akses yang mudah terhadap suatu lahan, hal lainnya yang sangat penting diperhatikan pemerintah Indonesia yaitu akses terhadap teknologi, input pertanian, informasi seputar pertanian dan pendampingan intensif kepada petani.
Karena itu, Said juga mengingatkan bahwa persoalan yang sangat nyata di berbagai daerah yaitu keterbatasan terhadap akses lahan pangan.
“Soal lahan pangan yang masih terbatas dan dikelola dalam skala kecil oleh petani saya pikir itu juga perlu diperkuat. Janji untuk reforma agraria sejati harus segera diwujudkan walau sudah dimulai dan tersendat,” ujarnya.
Sebelum terkait akses terhadap lahan pangan, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memberikan suatu arahan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan penanaman berbagai macam tanaman pangan di lahan yang terlantar secara aktif.
Langkah tersebut diharapkan dapat memberi pencegahan dampak negatif dari tekanan pasar global mengenai rantai pasok pangan.
“Saya hanya ingin titip, sampaikan kepada masyarakat, pada rakyat bahwa yang namanya sekarang ini jangan sampai ada lahan yang terlantar tidak ditanami apa-apa,” ucap Presiden Jokowi saat membuka Kongres XXXII & MPA XXXI PMKRI di Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (22/6/2022)
Presiden Jokowi mengajak masyarakat Indonesia agar dapat menanam tanaman pangan yang dapat diproduksi secepat mungkin, seperti tanaman singkong, jagung dan lain sebagainya.
Dengan adanya sumber pangan tersendiri, masyarakat dapat memperoleh sumber ketahanan pangan, sehingga terjaga dari tekanan komoditas pangan di pasar global.
“Yang gampang-gampang saja, jagung tiga bulan sudah bisa panen, singkong juga tiga bulan sudah panen. Tanami cepat-cepat karena kita tidak tahu situasi, perubahan iklim dan lain-lain,” Ucap Presiden Jokowi.
Cuaca yang tidak menentu seperti fenomena El Nino ataupun La Nina yang dimaksud juga dapat membuat ancaman terhadap produksi pertanian dan dapat mengganggu stabilitas ketersediaan pangan baik dalam skala lokal maupun dalam skala global.
Apabila masyarakat Indonesia dapat memproduksi komoditas tanaman pangannya sendiri, Presiden berpendapat tidak menutup kemungkinan Indonesia akan berlebih dalam perihal ketersedian produksi pangan.
Dengan begitu, Indonesia mampu menjadikan ancaman krisis pangan menjadi peluang bagi negara Indonesia untuk menjadi eksportir pangan dunia.