Mediatani – Pemerintah Kabupaten Jembrana, Bali, telah memasang target untuk menjadikan daerahnya sebagai sentra ikan kerapu. Keseriusan Pemkab tersebut terlihat dengan mulai dilakukannya pengembangan budidaya ikan kerapu di Desa Candikusuma.
Dengan upaya tersebut, diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap peningkatan kesejahteraan para nelayan dan juga kondisi perekonomian daerah.
“Target tersebut sejalan dengan penetapan Desa Candikusuma oleh Kementerian Kelautan Dan Perikanan (KKP) sebagai kampung kerapu,” ungkap Bupati Jembrana I Nengah Tamba, dilansir dari Antara, Rabu, (26/5).
Saat menandatangani surat keputusan Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya sebagai kampung kerapu, ia menyampaikan bahwa Desa Candikusuma merupakan salah satu dari sembilan kampung kerapu di Indonesia yang telah ditetapkan KKP.
Dengan pengembangan budidaya ikan ini, Bupati I Nengah Tamba berharap, perekonomian masyarakat setempat bisa mengalami pertumbuhan. Untuk menampung hasil panen kerapu, pihaknya akan membangun restoran yang berkapasitas besar untuk memudahkan pembudidaya ikan mendapatkan pasar.
Ia juga berpesan kepada para pembudidaya untuk menjaga kualitas ikan kerapu yang diproduksi agar bisa merambah pasara nasional hingga internasional.
“Dengan dimulai dari sekarang, saat pariwisata Bali pulih setelah pandemi, Jembrana akan mampu menjadi pemasok ikan kerapu dengan kualitas baik,” terangnya.
Selain kerapu, Pemkab Jembrana juga telah berencana untuk menjadikan daerahnya sebagai sentra budidaya kerang dan lobster, untuk mengembangkan ekonomi masyarakat serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Sementara itu, Ketua Kelompok Keramba Jaring Apung Manik Segara Agus mengungkapkan bahwa ikan kerapu hasil budidaya yang dilakukan kelompoknya itu mampu bersaing di pasar ekspor, yang terdiri dari sejumlah negara Asia dan Amerika.
“Namun sejak pandemi covid-19, permintaan ekspor menurun sehingga kami sekarang mengandalkan pesanan pasar lokal dengan harga yang lebih murah. Yang penting bisa bertahan dulu,” pungkas Agus.
Namun dari segi harga, ikan kerapu yang dijual di pasar lokal jauh lebih murah dibandingkan dengan harga jual ekspor. Ia berharap, dengan adanya pencanangan kampung kerapu di Desa Candikusuma, perekonomian masyarakat, khususnya nelayan bisa turut meningkat.
Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Bidang Perikanan, I Ketut Wardanaya menjelaskan bahwa penetapan Candikusuma sebagai Kampung Kerapu oleh KKP ini karena daerah tersebut juga sudah memiliki beberapa kegiatan yang akan berkaitan dengan hasil ikan produksi kerapu ini.
Selain itu, saat ini memang sudah ada keramba jaring apung yang digunakan untuk membudidayakan salah satu jenis ikan demersal yang ada di perairan Candikusuma ini. Dari data yang diperoleh, di Desa Candikusuma terdapat tiga kelompok pembudidaya dan satu perusahaan yang membudidayakan ikan kerapu.
Candikusuma sendiri memiliki panjang pantai yakni 29,55 kilometer dan memiliki potensi untuk melakukan pengembangan ikan kerapu. Di wilayah tersebut juga dapat ditemukan gugusan terumbu karang yang letaknya jarak kurang lebih 1 km dari pantai dengan kedalaman sekitar 9 sampai 11 meter.
Substrat perairan Candikusuma ini didominasi dengan pasir hitam serta karang-karang mati yang banyak ditumbuhi alga. Hal itu membuat perairan Candikusuma sangat potensial untuk kerapu dapat berkembang biak.
Candikusuma memiliki luas perairan 699,12 Ha dalam Rancangan Rencama Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi Bali , yang kemudidan ditetapkan sebagi subzona budidaya laut di Kabupaten Jembaran.
Sampai dengan 2020, baru sebesar 1,64% yang dimanfaatkan dari perairan tersebut, sehingga pengembangan budidaya ikan masih terbuka lebar untuk dilakukan.
Untuk penjualan, komoditas perikanan ini sebenarnya memiliki pasar ekspor. Produksi terakhir yang dihasilkan tiga tahun terakhir mulai tahun 2018 hingga tahun 2020 juga mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah benih yang ditebar.
Di 2018, hasil produksi ikan kerapu di Jembrana mencapai 2.320 kg dengan nilai Rp. 163 Juta. Kemudian di 2020 mengalami peningkatan dengan hasil produksi 67.730 kilogram senilai Rp. 6,09 Milyar.