Ada tanaman yang berhasil berbuah menggunakan metode tabulapot, ada juga yang tidak seperti rambutan.
Mediatani – Bagi sebagian orang, terlebih pecinta tanaman, pasti sudah kenal dengan tabulapot. Tabulapot atau tanaman tumbuh dalam pot, adalah teknik menanam yang memanfaatkan lahan terbatas. Biasanya, orang-orang yang menggunakan metode ini ialah orang-orang yang mempunyai lahan sempit dan ingin mempercantik pekarangan milikinya.
Tak hanya itu, tabulapot juga kerap digunakan karena lebih mudah dalam menjamin aspek pertumbuhan sekaligus perawatan. Dengan mudah, penanam mengontrol progres demi progres yang dihasilkan tanaman mereka.
Kendati demikian, adanya perbedaan karakteristik pada setiap tanaman menjadi penyebab tidak semua tanaman mampu berbuah di dalam pot. Ada yang mudah, ada juga yang sulit. Seperti buah rambutan, penanam yang menggunakan metode tabulapot sering kali mengeluhkan hal ini. Sekalinya berbuah, mogok di tengah jalan.
Berdasarkan hal tersebut, lingkungan memang memiliki andil penting dalam menentukan kualitas tanaman. Untuk rambutan sendiri, akan menghasilkan performa yang baik jika ditanam di daerah yang berketinggian 30-500 MDPL. Bukan berarti tidak bisa ditanam di bawah ketinggian tersebut, hanya saja kualitasnya akan menurun.
Kemudian, suhu lingkungan pun sama. Rambutan diharapkan tertanam di lingkungan yang bersuhu 20-35 derajat celcius. Dengan intensitas curah hujan berkisar antara 1.500-2.500 mm/tahun, serta kelembapan udara yang cenderung rendah. Lebih lanjut lagi, intensitas matahari juga menjadi penentu, rambutan jangan sampai kekurangan sinar matahari.
Penyebab-penyebab itu tentu menjadi kendala bagi orang-orang yang ingin mencoba menanam rambutan di dalam pot. Tetapi tidak perlu khawatir karena sebenarnya, rambutan masih bisa tumbuh dengan memperhatikan hal-hal di bawah :
1. Bibit
Pasti, bibit ini adalah salah satu aspek penting yang harus diperhatikan. Bagaimana tidak, bibit bisa dikatakan sebagai permulaan dari segalanya. Dan untuk menanam rambutan di dalam pot, usahakan untuk memilih bibit binjai sebab binjai lebih cepat berbuah.
Lalu, cobalah untuk memanfaatkan bibit yang berasal dari hasil perbanyakan vegetatif. Hal ini dikarenakan, sifat tanaman yang mungkin muncul adalah sifat dari induknya. Maka, tingkat keberhasilannya dapat diprediksi dengan baik. Terlebih, apabila bibit induknya bersifat sehat dan terbebas dari penyakit tanaman
2. Wadah
Wadah, dalam hal ini adalah pot sebaiknya disesuaikan dengan bibit yang telah dipilih. Penyebabnya adalah, jika bibit yang digunakan masih kecil namun ditanam di pot yang besar, maka akar akan berkembang bebas dan ditakutkan dapat memenuhi pot dalam kurun waktu yang relatif sebentar.
Selain itu, besar atau kecilnya pot bisa memengaruhi nutrisi yang masuk. Yang mana, nutrisi ini juga berpengaruh kepada bobot tanaman yang ada. Tanaman yang masih kecil membutuhkan nutrisi yang lebih sedikit daripada tanaman yang besar. Oleh karena itu, dikatakan cukup, bila pot yang kecil dimanfaatkan untuk tanaman yang kecil pula.
Adapun proses penanamannya adalah sebagai berikut :
- Pastikan pot yang sudah dipilih berdasarkan besar atau kecilnya tanaman tadi dimasukkan sesuatu yang bisa tidak menyumbat drainase. Bisa menggunakan pecahan genteng, ijuk, atau sabut kelapa. (masukkan sampai 1/3 tinggi pot)
- Potong beberapa bagian daun atau batang bibit tanaman, hal ini bisa mengurangi penguapan
- Buka polybag bibit tanaman
- Bibit yang sebelumnya dipilih, letakkan di tengah pot. Atur sebaik mungkin, lalu timbun dengan media tanam yang sama. (Penimbunan maksimal 2-3 cm)
- Dengan perlahan, padatkan media tanam di sekitar pangkal batang
- Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa rambutan memiliki karakteristik tertentu, taruh tanaman di tempat yang teduh. Perhatikan, siramlah sewaktu pagi atau sore
- Amati terus perkembangannya, jika tanaman sudah berhasil beradaptasi, maka pindahkan tanaman tersebut ke tempat terbuka.