Gapki Sebut CPO untuk Minyak Goreng Telah Mencapai 190 Juta Liter

  • Bagikan
aktifitas bongkar muat minyak sawit mentah (CPO).
aktifitas bongkar muat minyak sawit mentah (CPO). [foto: Tony Hartawan/Tempo.co.id]

Mediatani – Kewajiban untuk pemenuhan pasokan di dalam negeri crude palm oil (CPO) telah mencapai 190 juta liter. Hal ini diungkapkan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki).

Sekretaris Jenderal Gapki, Eddy Martono mengungkapkan bahwa sebagian besar eksportir telah memenuhi kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) untuk memasok bahan baku dengan harga yang murah kepada produsen minyak goreng di dalam negeri.

“Terkait dengan perkembangan terakhir saya belum terima, terakhir saya mendapatkan informasi bahwa sampai dengan tanggal 14 Februari telah digelontorkan sekitar 190 juta liter seharusnya untuk Februari lalu tidak ada masalah dengan stok minyak goreng,” ungkap Eddy melalui pesan via WhatsApp pada Selasa (8/3/2022).

Eddy menuturkan bahwa bahan baku murah yang dialokasikan kepada produsen minyak goreng di dalam negeri relatif cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Kendati demikian, ungkap Eddy, pasokan minyak goreng murah masih tertahan di tingkat distributor.

“Kemarin Kemendag telah berstatement bahwa seharusnya cukup tapi kok minyak goreng menjadi langka mereka juga bingung barang kok tidak ada. Kita meyakini masalahnya ada pada distribusi,” ujar Eddy.

Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag), harga minyak goreng curah masih tertahan tinggi di angka Rp16.000 per liter pada Senin (7/3/2022).

Sementara itu, harga minyak goreng untuk kemasan sederhana berada di kisaran angka Rp 16.600 atau mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen dari kisaran harga Rp16.500 pada Jumat (4/3/2022).

Sebelum itu, Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi geram setelah mengetahui bahwa distributor menahan pasokan minyak goreng hasil dari DMO, sehingga menyebabkan harga komoditas strategis tersebut tertahan tinggi hingga pekan ini.

Lutfi juga menjelaskan terkait motif dari penahanan pasokan itu dilatarbelakangi oleh sebuah spekulasi jika pemerintah berencana akan mencabut ketentuan Harga Eceran Tertinggi atau HET minyak goreng akibat dari melonjaknya harga minyak nabati di pasar dunia yang sejak awal tahun ini.

“Orang sedang berspekulasi bahwa pemerintah akan mencabut HET yang tidak akan saya cabut dan kita punya minyak yang sangat banyak, kita tahu minyaknya sekarang berada di mana, kalau mereka tidak keluarkan akan kami tindak tegas,” kata Lutfi kepada Bisnis, Selasa (8/3/2022).

Berdasarkan dari catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag), jumlah stok minyak goreng murah hasil dari DMO minyak sawit mentah itu telah mencapai sekitar 500 ribu ton hingga pada pekan ini.

Stok tersebut, ujar Lutfi, mampu untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri hingga pada dua bulan mendatang atau saat lebaran nanti.

“Mereka itu sekarang sedang mencari untung dalam kesempitan, mereka itu ingin agar saya mencabut HET terus mereka banjiri (minyak goreng) yang dibeli Rp10.300 lalu dijual Rp17.000 hingga Rp18.000, harga dunia lagi tinggi mereka tahan barangnya, saya mau tendang-tendangi Minggu ini,” ungkap Lutfi.

  • Bagikan