Gelar Seminar Agrotechnopreneurship, Itera Lampung Akui Potensi Tanaman Nyamplung

  • Bagikan
Sumber foto: satuharapan.com

Mediatani – Apakah kalian pernah mendengar tentang tanaman Nyamplung? Yah sepertinya tanaman nyamplung ini memang masih asing ditelinga Kita. Tanaman Nyamplung yang memiliki nama latin Calophyllum inophyllum memiliki kulit pohon yang bisa dimanfaatkan sebagai obat. Kayunya yang sangat keras, sehingga sering digunakan untuk bahan pembuat perahu dan juga tiang kapal.

Dilansir dari Kompas.com, di Indonesia itu sendiri, tumbuhan yang termasuk dalam marga Calophyllum ini tersebar mulai dari Sumatera Barat, Jambi, Riau, Lampung, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur hingga Papua. Termasuk kedalam tanaman pohon yang hidup di wilayah pesisir yang teksturnya berpasir dan berbatu karang,

Seminar yang diadakan oleh Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung ini juga turut membahas tentang berbagai manfaat dari tanaman Nyamplung. Dalam seminar Creative Talk ke-3 yang bertemakan ‘Agro-Technopreneurship: Menggali Potensi dan Peluang Tanaman Nyamplung Menuju Industri’ mendatangkan pemateri diantaranya Gunanto selaku pemilik produk yang ramah organik, Ayurani Prasetyo selaku Kepala Seksi Madya Bidang Kelola SDH KPH Kedu Selatan Divisi Regional Jawa Tengah dan Okta Amelia selaku dosen Teknik Industri Pertanian Itera.

Okta Amelia selaku Dosen Teknik Industri Pertanian menjelaskan tanaman nyamplung ini sebagai bahan dasar kosmetik. Peran pendidikan terhadap agro-technopreneurship mampu mempengaruhi terjadinya peningkatan jumlah pelaku usaha, peluang kerja dan juga mampu mengurangi jumlah pengangguran.

“siapa yang menyangka bahwa tanaman Nyamplung ini ternyata bisa menjadi bahan dasar kosmetik,” ungkap Okta pada hari Senin (05/07)

Okta menyampaikan bahwa berdasarkan penelitiannya biji Nyamplung ini mempunyai kandungan Kumarin dan SPF. Kandungan ini diyakini mampu melindungi kulit dari iritasi, meregenerasi kulit bahkan dipercaya mampu menghilangkan stretchmark. Tanaman nyamplung ini juga bisa diolah menjadi produk kecantikan seperti body lotion, sabun hingga krim kecantikan.

Lebih lanjut, Okta menerangkan, hal ini menjadi peluang bagi tanaman tersebut sebab di berbagai negara saat ini industri kecantikan khususnya skincare semakin merajai pasar.

Sementara itu, Acep Purqon selaku Direktur IIO menyampaikan bahwa tanaman nyamplung sangat potensial di Pulau Sumatera. Kita ketahui bahwa pulau Sumatera ini memiliki sumber daya luar biasa terkait pertanian yang dapat dijadikan peluang wirausaha.

Itera Lampung sebagai institut teknologi memiliki kemampuan untuk membangun technopreneurship. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan sumber daya tanaman Nyamplung tersebut sebagai salah satu tanaman potensial yang ditemukan di Sumatera.

Sementara itu, Ayurani Prasetyo selaku Kepala Seksi Madya Bidang Kelola SDH KPH Kedu Selatan memaparkan bahwa tanaman Nyamplung ini memiliki potensi untuk menghasilkan rendemen minyak yang ternyata jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan material maju lain contohnya seperti sawit dan jarak pagar.

Ayurani juga menyampaikan bahwa potensi yang merupakan jenis pohon dari famili Guttiferae ini mudah untuk ditanami. Tumbuhan ini suka hidup di tempat yang berhumus dan berpasir. Walaupun demikian, tanaman Nyamplung ini mayoritas ditemukan di daerah pesisir pantai.

Tanaman nyamplung diolah menjadi bahan baku biodiesel Ayurani mengaku bertugas mengelola kawasan hutan negara turut andil dalam pembudidayaan tanaman tersebut. Tidak hanya pada lahan negara saja, bahkan penanaman dan pengolahan Nyamplung ini juga bisa pada lahan masyarakat.

Sementara itu, Gunanto juga mengakui bahwa usaha dibidang produk organik memang relatif mudah. Gunanto seringkali mengolah tanaman Nyamplung menjadi bahan baku biodiesel.

“Pada tahun 2014 harga per liter bio dieselnya tiga puluh ribu rupiah namun diakhir tahun 2019 melonjak menjadi tiga ratus ribu per liter,” pungkas Gunanto.

  • Bagikan