Mediatani – Segerombolan anjing liar yang tampaknya lapar secara gentayangan pada dini hari menebar teror di Desa Klutuk, Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Warga pun resah karena ternak-ternak mereka pun menjadi korban dan mati mengenaskan, sejak beberapa hari terakhir, Senin (18/01/2021).
Diketahui, teror anjing liar ini pula telah terjadi sejak lima hari belakangan. Sampai saat ini terhitung, ada belasan kambing warga mati dimangsa atau diterkam anjing liar ini.
Warga Desa Klutuk pun tidak berani menangkap gerombolan anjing liar itu karena takut diserang pula. Satu di antara peternak kambing di Tuban yang mana kambing-kambingnya menjadi korban serangan gerombolan anjing liar ini ialah, Amu (66).
Amu warga Desa Klutuk itu menceritakan, hanya dalam semalam belasan kambing miliknya di kandang tiba-tiba tergelak dan mengalami berbagai macam luka akibat gigitan anjing.
“Kejadiannya mungkin pada tengah malam, saya tahunya pas pagi hari. Saat saya ke kandang tiba-tiba sudah banyak yang mati,” terang Amu, seperti dikutip dari suara.com Selasa, (19/1/2021), dari beritajatim.com media jejaring suara.com
Menurutnya, memang lokasi kandang kambingnya berada di area persawahan. Meski begitu dia mengungkapkan, kejadian seperti itu jarang terjadi. Namun dalam beberapa hari terakhir ini, sekitar lima anjing tiba-tiba menyerang.
“Kambing saya di kandang ada 18 ekor lalu yang mati ada 13 ekor. Jadi tersisa tinggal 5 ekor ini, dengan kondisi yang juga sudah luka-luka,” tambahnya.
Gerombolan hewan liar itu pun menerkam hewan kambing ternak warga itu pada bagian vitalnya hingga melukai pada bagian perutnya.
Naasnya, dari belasan kambing yang mati ini tidak semuanya terkumpul jadi satu. Beberapa kambing banyak diseret oleh anjing liar keluar kandang hingga ditemukan di kebun-kebun.
“Rata-rata paling besar umurnya sekitar delapan bulan. Kalau kambing yang kecil dimakan sampai habis sisa kepalanya saja. Semoga kambing yang tersisa ini masih bisa bertahan hidup, karena sudah luka-luka,” papar Amu yang bertahun-tahun menjadi seorang peternak kambing itu.
Sementara itu, pada peristiwa erupsi gunung Merapi, tidak hanya keselamatan warga di kawasan lereng Merapi yang menjadi perhatian pemerintah. Para ternak pun juga telah didata untuk memudahkan evakuasi jika terjadi erupsi Merapi.
Menurut Sekertaris Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Selo, Ody Dasa Fitranto, Dikutip selasa, (19/1/2021) dari situs berita suaramerdekasolo.com, bahwa pendataan dilakukan di kawasan rawan bencana (KRB) III yakni di antaranya, Desa Tlogolele, Desa Klakah dan Desa Jrakah. Dan semuanya masuk dalam Kecamatan Selo.
Dia menjelaskan hewan-hewan ternak warga pula menjadi bagian terpenting dalam evakuasi saat Merapi Erupsi nanti.
Maka dari itu, pihaknya berupaya semaksimal mungkin agar penanganan hewan ternak dapat terlaksana dengan baik.
Pendataan pun dilakukan dengan lengkap dan akurat. Dimulai dari jenis hewan ternak, entah itu sapi, kambing atau pun domba serta jenis hewan lainnya. Bahkan perihal bobot hewan ternak warga juga tak luput dari pendataan para relawan.
“Kemudian jenisnya apa ? Kalau sapi, apakah Simetal, Limosin, Perah atau PH,” ungkapnya.
Setelah darpada itu, hewan-hewan ternak lalu difoto bersama dengan pemiliknya. “Di-neck tag ini juga diberi nomor registrasi. Agar disaat situasi Merapi normal tak ada hewan ternak yang tertukar,” ujarnya.
Hewan ternak yang telah diregistrasi ini tentunya memudahkan proses evakuasi saat terjadi Merapi erupsi sewaktu-waktu.
Kadus Sumber, Desa Klakah, Kecamatan Selo, Slamet pun senang dengan upaya pendataan ternak warganya itu.
Artinya, pendataan itu memberi kesan ketenangan bagi warga jika sewaktu- waktu terjadi erupsi Merapi. Di dukuhnya sendiri sekira 107 ekor sapi dan kambing 15 ekor.
“Namun demikian, kami berharap kondisi Merapi bisa segera tenang kembali. Agar warga bisa beraktivitas normal seperti sebelumnya.” (*)