Mediatani – Untuk meminimalisir dampak negatif terhadap hasil produksi pada musim kemarau, petani di Gunung Kidul disarankan menanam padi berumur pendek. Langkah tersebut penting untuk mendorong pemanfaatan total luas lahan sektor pertanian di Gunung Kidul yang seluas 42.819 hektar.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunung Kidul, Rismiyadi mengatakan, musim pancaroba atau musim transisi antara dua musim hendaknya disikapi dengan bijak. Karena itu, pihaknya senantiasa berupaya meminimalisir dampak negatif dari musim tersebut dan meningkatkan hasil produksi.
“Kami terus berupaya meminimalisasi dampak negatif dan terus berupaya meningkatkan hasil produksi,” ungkap Rismiyadi, Minggu (19/2).
Rismiyadi mengungkapkan, tingginya intensitas hujan dalam seminggu terakhir tidak memberikan dampak yang sginifikan terhadap sektor pertanian. Sejauh ini pun belum ada laporan kerusakan lahan akibat terjadinya gagal panen.
Meskipun begitu, ada beberapa potensi terjadinya gagal panen akibat dampak dari musim pancaroba, mulai dari kekeringan hingga serangan hama penyakit. Hal tersebut sesuai prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak dari kekeringan, petani disarankan agar menanam varietas berumur pendek dan menerapkan teknologi panen air hujan (PAH). Sistem PAH merupakan suatu sistem konservasi air tanah dengan cara penampungan dan pemanfaatan air hujan guna memenuhi kebutuhan air untuk sanitasi.
Dengan menerapkan teknik PAH dan konservasi air, diharapkan adanya peningkatan ketersediaan air bagi tanaman dan ternak, meningkatkan intensitas tanam, serta meningkatnya produksi dan pendapatan petani.
Selain itu, untuk mengantisipasi serangan hama penyakit, petani juga disarankan agar melakukan langkah-langkah pencegahan seperti pergantian varietas, pengaturan jarak tanam, sanitasi, dan perawatan secara berkala.
Sekretaris DPP Kabupaten Gunung Kidul, Raharja Yuwono mengatakan, distribusi pupuk subsidi untuk jenis Urea dan NPK saat ini difokuskan pada 9 jenis komoditas pertanian. Masing-masing di antaranya yaitu padi, jagung, kedelai, bawang merah, cabai, bawang putih, kopi rakyat, kakao, dan tebu rakyat.
“Itu ketentuan pemakaian pupuk bersubsidi 2023,” ungkap Raharja.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) Nomor 734 Tahun 2022 Harga Eceran Tertinggi (HET) harga pupuk bersubsidi adalah sebesar Rp 2.250 per kilogram, untuk pupuk urea, Rp 2.300 per kilogram untuk pupuk NPK, dan Rp 3.300 per kilogram untuk pupuk NPK dengan formula khusus tanaman kakao.
Terpisah, salah satu petani wilayah Kalurahan Playen, Kapanewon Playen, Muji menyatakan, mendukung arahan dari DPP mengenai tanam padi varietas umur pendek. Misalnya untuk jenis SR umur 72 hari ST (setelah tanam), herkules 85 hari ST.
”Di tempat kami mulai tanam sekitar dua minggu lagi,” terang Muji.
Namun, Sulistyo, petani di Kapanewon Patuk mengatakan kurang terbiasa menanam padi varietas umur pendek. Ia lebih sering menggunakan varietas Ciherang karena sudah terbiasa dan dianggap lebih aman. Umur ST jenis Ciherang ini yaitu sekitar 110-115 hari.
“Tanam padi umur pendek harus kompak, kalau tidak bisa rugi sendiri. Bulir padi lebih dulu tumbuh diserbu manuk emprit (burung pipit),” ungkap Sulistyo.