Mediatani – Pada sebelumnya, harga telur ayam murah di Kabupaten Magetan yaitu hanya pada angka Rp 17.000/kg.
Namun hari ini merangkak naik di atas Rp 20.000/ kg dikutip Senin (8/2/2021) dari situs berita Nusadaily.com.
Pada saat harga masih sangat murah itu, sampai-sampai ada seorang peternak kesal dan memilih membuang telur hasil ternaknya ke persawahan daripada menjualnya.
Kini, di sejumlah Pasar di Kabupaten Magetan harga telur ayam terus naik.
Seperti pada pasar sayur Magetan hari Sabtu (06/02/2021) yang dikutip Senin (8/2/2021) dari situs yang sama, harga telur di tingkat pedagang dijual Rp 21. 000 per kilogramnya.
”Harga telur ayam naik Mas, saya jual Rp 21.000 per kilo. Sedang pedagang mengambil dari kandang Rp 20.600 per-kilo, saya ambil untung Rp. 400 – Rp 500 rupiah per kilonya,” kata Sri Sumarti salah satu pedagang kepada nusadaily.com dikutip Senin (8/2/2021).
Pedagang mengaku bahwa tak tahu penyebab kembali membaiknya harga telur ayam saat ini.
Pedagang menduga harga telur ayam naik karena menjelang perayaan hari raya Imlek 12 Februari mendatang.
”Untuk stok telur ayam di pasar sayur cukup saat ini, dari peternak pasokan ke pasar meski harga naik tetap lancar, ” kata Sri Sumarti.
Berbeda dengan harga komoditas lainnya, seperti cabai saat ini justru alami penurunan.
Bila sebelumnya dihargai Rp 65.000 per – kilogramnya jadi turun antara Rp 8.000 hingga Rp 10.000 tergantung jenisnya.
”Untuk cabe rawit sebelumnya Rp 65.000 perkilo turun menjadi Rp 52.000. Untuk cabe kriting dari Rp 50.000 perkilo turun menjadi Rp 40.000 perkilogramnya, ” kata Suti pedagang cabe pasar sayur Magetan.
Turunnya harga cabai saat ini bagi pedagang merupakan hal yang biasa dialami.
Karena harga cabai dari dulu memang naik turun atau fluktuatif.
”Untuk stok cabai aman dari petani Blitar dan Kediri. Meski cuaca hujan cabai selalu ada dan mudah didapat,” jelas dia.
Stabilitas harga barang-barang kebutuhan pokok jelang peraaan Imlek stabil.
Harga kebutuhan masih terjangkau oleh masyarakat.
Pedagang juga berharap agar iklim bagus ini terus terjaga sehingga tak memberatkan maupun merugikan petani peternak maupun konsumen.
Hal berbeda justru sebelumnya dialami peternak di Garut. Sebagaimana diberitakan mediatani.co bahwa hal itu terjadi menyusul ‘serbuan’ telur ayam dari wilayah Jawa Timur yang membanjiri wilayah Garut sehingga menyebabkan telur ayam dari peternak lokal di Garut kurang laku.
Maraknya pasokan telur ayam dari wilayah Jawa Timur ke Garut belakangan ini diungkapkan Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Garut (PPAPG), Hendra Permana, dilansir Jumat (5/2/2021) dari situs berita Pikiran-rakyat.com.
Kondisi seperti ini diakuinya telah merugikan para peternak ayam petelur lokal di Garut.
“Dengan banyaknya pasokan telur ayam dari wilayah Jatim yang masuk ke Garut, maka ini tentu merugikan para peternak ayam petelur yang ada di Garut. Hal ini dikarenakan telur ayam yang mereka hasilkan menjadi kurang laku karena harga telur ayam dari Jatim itu lebih murah,” ujar Hendra saat ditemui di lokasi peternakan ayam petelur miliknya di kawasan Kadungora, Kamis (4/2/2021) dikutip Jumat (5/2/2021).
Dikatakannya, saat ini harga jual telur ayam lokal dari peternak di Garut berkisar diangka Rp20.000 per kilogram.
Sedangkan, telur ayam yang berasal dari Jatim harganya lebih murah yakni hanya di kisaran Rp17.000 per kilogram sehingga para pedagang di pasar lebih memilih telur ayam yang berasal dari Jatim.
Maka dari itu tak heran, dia melanjutkan, bahwa kalau akhir-akhir ini para peternak ayam petelur yang ada di Garut lebih sering gigit jari karena telur yang dihasilkannya kurang laku.
Lantaran harus menyaingi harga telur ayam yang berasal dari luar itu, rasanya tidak memungkinkan.
Apalagi menurut Hendra, saat ini ditambah dengan harga pakan ternak ayam pun sedang tinggi. (*)