Mediatani – Petani tomat di Pagaralam, Sumatera Selatan, melakukan aksi membuang hasil panen ke jalan, Jumat (7/8/2020). Mereka kecewa lantaran harga hasil panen tomatnya sangat rendah.
Aksi hamburkan tomat ke jalan tersebut lalu diposting di beberapa akun media sosial. Dari penelusuran Mediatani, aksi tersebut dilakukan petani di Desa Jambat Akar Kelurahan Jangkar Emas Kecamatan Dempo Utara, Pagaralam, Sumsel, beberapa waktu yang lalu.
Harga terendah mencapai Rp 300 per Kg atau sekitara Rp 20.000 per kotak dengan berat sekitar 60 Kg. Kondisi ini berbanding terbalik dengan biaya perkebunan tomat yang cukup tinggi bahkan hingga puluhan juga.
Hasil panen tomat yang dibuang oleh petani tersebut merupakan bentuk protes terhadap pemerintah yang tidak memperhatikan petani. Pasalnya tidak hanya tomat, harga sayur lainnya juga sering sekali menurun drastis secara tiba-tiba.
Seorang petani tomat di Pagaralam, Sumsel, Iwan (43 tahun) mengatakan bahwa dirinya untuk saat ini berhenti menanam tomat dan akan beralih ke tanaman lainnya seperti cabai.
Penjelasan dari Dinas Terkait
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel, Antoni Alam menyebut, distribusi sayuran termasuk tomat dari Pagaralam ke sejumlah daerah di Sumsel termasuk Palembang tidak ada kendala.
“Dari informasi yang kami peroleh di lapangan, harga di daerah sekitar seperti Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Lahan saat ini harga masih mencapai Rp 4.000 hingga Rp 6.000 per Kg, sehingga dimungkinkan hal ini terjadi karena ada pihak yang mencari sensasi,” kata Antoni, Minggu (9/8).
Antoni mengatakan, harga di Pasar Induk Jakabaring, Palembang saat ini mencapai Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per Kg dan tidak ada masalah dengan distribusi atau permintaan pasar. Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan dinas terkait di Pagaralam.
“Sejauh ini yang kami ketahui bahwa pasokan dan produksi di Pagaralam sendiri justru tidak cukup, bahkan suplai harus dipasok dari Curup,” tutur Antoni.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Pagar Alam M Dawam mengatakan, belum mengetahui secara pasti penyebab menurunnya harga tomat di pasar.
“Untuk produksi tomat di Pagaralam sebenarnya tidak juga melimpah, harga turun mungkin karena permintaan kurang, hanya saja memang kami belum cek permintaan di luar seperti apa,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan Iwan Gunawan mengatakan, untuk saat ini suplai tomat tidak hanya berasal dari Pagaralam, namun juga dari sejumlah kawasan dari Pulau Jawa.
Penurunan harga sayuran termasuk tomat biasanya karena melimpahnya stok. Untuk itu ke depan akan dilakukan upaya hilirisasi terhadap tomat itu sendiri, seperti produk saus.
“Ke depan untuk menstabilkan harga akan ada BUMD pangan yang akan beli hasil-hasil dari petanian, sehingga harga pasar akan tetap terjaga,” tukas dia.