Mediatani – Memasuki panen raya, tanaman padi dari sejumlah petani di Kabupaten Jember diserang hama Wereng.
Sejumlah petani pun mengeluhkan penurunan hasil panen akibat banyaknya serangan hama tersebut.
Padi yang mulai menguning pun tampak harus kembali disemprot pestisida untuk mematikan hama wereng.
“Tanaman padi di daerah kecamatan Jenggawah banyak yang terkena hama wereng. Ada yang kena sedikit, ada yang parah, tapi rata-rata kena,” ujar Ketua Kelompok Tani, Desa Seruni, Jenggawah, Habib (56), Jumat (2/4/2021), dilansir mediatani.co, Minggu (4/4/2021) dari situs IDNTimes.
Akibat terserang hama wereng, para petani yang lebih dulu panen, kata Habib, mengeluhkan penurunan hasil panen.
Serangan hama wereng membuat isi gabah kosong dan tanaman menjadi mati kering.
Sejumlah cara pun telah dilakukan petani untuk mengantisipasi, mulai dari pestisida alternatif hingga produk jadi dari kios pertanian.
“Kemarin ada sawah seperempat hektar, kena serangan wereng banyak. Sehari dua hari bisa habis gak panen. Ada juga yang biasanya dapat 20 karung, cuma panen 8 karung. Sekarang ini sudah masuk masa panen, ada juga yang masih sekitar 2 minggu lagi,” kata dia.
Menurut Habib, mahalnya harga pestisida hama wereng kemasan membuat sejumlah petani juga mencoba pestisida alternatif sendiri.
Mereka menggunakan sabun cuci piring, hingga lotion nyamuk yang disemprotkan ke tanaman padi. “Kalau pestisida aslinya beli di kios mahal, harganya bisa Rp 300 ribu,” ujarnya.
Sementara itu, petani asal Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Samsul Arifin (45) mengaku serangan wereng di tempatnya masih terkendali karena petani kompak segera mengantisipasi.
“Kalau daerah Wuluhan sini serangan wereng sekarang cukup aman, tapi ya antisipasi pestisidanya diperbanyak. Kalau saya sendiri pakai sabun colek buat mencegah hama wereng, soalnya obat aslinya mahal,” ujarnya.
Sementara itu, petani asal Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, Abdul Rokhim (45) mengatakan, serangan hama wereng juga mengenai tanaman padinya.
Di desanya, rata-rata padi terkena serangan hama wereng.
“Kalau daerah sini banyak yang kena, tapi yang ngeblok ngeblok, tidak sampai kena semua,” ujarnya.
Rokhim menuturkan, hama wereng menyerang padi dengan cara menyerap saripati padi, terutama yang muda.
Meski demikian, hama wereng juga menyerang padi yang sudah menguning.
“Jadi dia menyerap isi padi, terutama yang mau proses menua. Kalau yang sudah tua bisa tetap kena dampak, karena wereng yang hinggap membawa virus. Jadi setelah menyerap padi, semua bulir kopong, dan virus yang dibawa membuat tanaman padi kering dan mati. Tidak kenal padi sudah tua, juga bisa mati,” sebutnya.
“Jadi Ini seperti virus Corona, pembawanya manusia. Kalau wereng ini jadi pembawa virusnya ya hewan wereng,” ujarnya.
Tahun ini, kata Rokhim petani padi mengeluarkan biaya perawatan yang tidak murah, mulai dari sulitnya dan mahalnya pupuk hingga serangan hama yang masif.
“Saya biasanya panen dapat 40-an pikul, itu minimal. Sekarang cuma dapat 35 pikul, selain kena wereng, padi juga kurang gemuk karena pupuk kurang,” katanya.
Sedangkan, Pemerintah Kabupaten Jember mengklaim hingga saat ini masih memiliki cadangan beras sampai 200 ribu ton yang tersimpan di lumbung masyarakat dan Bulog.
Hal ini disampaikan oleh Bupati Hendy Siswanto dalam acara Panen Raya Padi Agro Solution yang diselenggarakan oleh Koperasi Kontak Tani Nelayan Andalan Indonesia bekerjasama dengan Pupuk Kaltim, Senin (29/03/2021), lalu.
“Kami akan dorong Jember sebagai lumbung padi nasional di Jawa Timur dengan target surplus tiap tahunnya,” kata Hendy.
Untuk persoalan pupuk, Hendy menjanjikan Pemkab Jember bakal mendirikan pabrik pupuk sendiri dalam waktu dekat.
“Harapannya akan ada kerjasama dengan banyak pihak untuk mendorong minimnya keluhan petani atas kelangkaan atau tidak tersedianya pupuk di Kabupaten Jember,” katanya.
Sementara itu, Kepala Cabang Bulog Subdivre Jember, Budi Sutika mengatakan, saat ini Bulog sudah menyerap 3.300 ton beras dan 200 ton untuk gabah dan merupakan serapan paling tinggi di Jawa Timur.
“Stok beras Bulog di Jember saat ini sekitar 26.700 ton dan kami sempat mengirimkan 1.000 ton beras Jember ke Papua,” ujarnya. (*)