Mediatani – Anda tentu sudah tahu bahwa pupuk merupakan tambahan nutrisi penting bagi tumbuhan. Pupuk memiliki banyak jenis, ada yang berbahan kimia dan ada yang berbahan organik. Salah satu pupuk organik yang paling berkhasiat adalah pupuk kompos.
Pupuk kompos adalah pupuk organik yang berasal dari berbagai macam bahan alami. Misalnya daun, jerami, kulit buah, dan sejenisnya. Bahan-bahan tersebut akan mengalami pembusukan secara alami.
Terjadinya proses pembusukan atau penguraian tersebut diakibatkan oleh berbagai jenis bakteri dan unsur mikroba. Setelah bahan-bahan tersebut mulai terurai, maka hasilnya akan menjadi kompos. Inilah yang bisa menjadi nutrisi bagi sebuah tumbuhan.
Kompos dapat dibuat sendiri, maupun dibeli di toko pertanian atau di toko online. Kompos sengaja dibuat karena proses tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami, karena di alam kemungkinan besar terjadi kondisi kelembaban dan suhu yang tidak cocok untuk proses biologis baik terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Keunggulan kompos dibandingkan dengan pupuk kimia adalah kompos yang tidak merusak tanah, tidak menurunkan pH tanah, dan kompos menggemburkan tanah. Kandungan haranya menetap pada tanah, tidak terlarut air sehingga dosis penggunaan pada masa musim penanaman kedepan kemungkinan besar dapat diturunkan tergantung pada sifat tanah dan pengisapan hara oleh tanaman.
Manfaat paling utama bagi petani atau pemilik tumbuhan yaitu bisa dilihat dari segi ekonomi. Bagaimana tidak? Karena pupuk kompos terbuat dari bahan-bahan alami, tentu hal ini dapat menghemat anggaran semasa perawatan tumbuhan.
Akan tetap, pemberian kompos ternyata malah akan menimbulkan permasalahan baru pada tanaman apabila dilakukan dengan cara yang salah. Dampak akibat terbutuk dari salah pemberian kompos, tanaman bisa mati.
Untuk menghindari hal itu, simak beberapa tips yang dikutip Mediatani dari Portal Jember untuk memaksimalkan pemberian pupuk kompos pada tanaman.
1. Cara Pengaplikasian Kompos
Sebagian orang masih bingung, antara memberikan pupuk kompos pada tanamannya dengan cara ditanam atau ditaburkan.
Mereka berpikir apabila kompos ditanam dalam sebuah lubang di dekat akar tanaman, maka nutrisi dari kompos akan terserap lebih cepat dan optimal. Padahal, hal tersebut kurang tepat karena struktur akar justru akan terganggu.
Jadi, sebaiknya kompos cukup ditabur dipermukaan tanah setebal 5cm-10cm sehingga nutrisi yang terkandung akan terserap secara perlahan dan ideal bagi tanaman. Selain itu, pupuk yang digunakan juga relatif lebih sedikit.
2. Perhatikan Kelembaban Tanah
Kompos akan lebih mudah terserap pada tanah yang lembab. Oleh karena itu, apabila tanah di sekitar tanaman masih kering atau gersang, sebaiknya lakukan penyiraman terlebih dahulu.
Namun, jangan sampai penyiraman yang dilakukan berlebihan hingga becek. Cukup hingga tanah tersebut menjadi lembab.
3. Hindarkan Kompos dari Paparan Sinar Matahari Secara Langsung
Nutrisi yang terkandung dalam kompos akan menghilang jika tanaman Anda terkena sinar matahari langsung atau berlebihan. Pancaran sinar UV yang berlebih dapat berbahaya bagi kehidupan mikroba yang terdapat pada kompos.
Untuk itu siasatilah dengan pemberian mulsa, agar kompos telindung dari sinar matahari dan air pun meresap perlahan. Anda dapat menggunakan jerami atau daun-daunan kering sebagai mulsa.
4. Atur Waktu Pemberian Kompos
Meskipun kompos berasal dari bahan organik, namun nutrisi yang berlebihan juga tidaklah baik. Untuk mengatur jarak pemberian, apakah cukup 2-3 kali selama setahun atau justru setiap 3-4 bulan, Anda dapat memperhatikan kondisi tanaman. Hal ini bisa dilihat dari berapa banyak jumlah daun dan buah yang dihasilkan.
5. Jangan Jadikan Kompos sebagai Satu-Satunya Nutrisi Tanaman
Kompos memang baik diaplikasikan pada semua tanaman. Tapi akan lebih baik jika dapat diselingi pemberian nutrisi lainnya. Misalnya penambahan pupuk organik cair sebagai perangsang bunga, dsb.
Kompos juga dapat dicampur dengan pupuk lain, semisal dicampur pupuk kandang baru diaplikasikan.