Mediatani – Beberapa waktu lalu, Indonesia mewacanakan akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Namun rencana tersebut menuai kritik dari banyak pihak karena khawatir risiko yang akan ditimbulkan.
Tak hanya dikembangkan untuk PLTN, penggunakan energi nuklir ini juga digunakan untuk berbagai sektor, seperti pangan, pertanian, kesehatan, peternakan, sumber daya air, dan industri.
Pada bidang pertanian, awal mula penggunaan energi nuklir telah berlangsung semenjak tahun 1950-an. Awalnya, penggunaan teknologi iradiasi sinar gamma hanya untuk produk rempah-rempah.
Setelah itu, teknologi ini terus dikembangkan dan capaian besar pada pengembangan ini terjadi pada tahun 1840-an yang diakui oleh komunitas internasional sebagai metode yang aman bagi kesehatan manusia oleh World Health Organization (WHO).
Di Indonesia sendiri, teknologi nuklir dikelola oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Sasaran penelitian dan pengembangan energi nuklir pada bidang pertanian berupa pengadaan bibit unggul tanaman pangan.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro, mengatakan aplikasi teknologi nuklir di bidang iradiasi pangan sangat bermanfaat, khususnya membantu para petani menghasilkan produk yang lebih baik dan tahan lama, sehingga membantu harga jual produk petani tetap terjaga.
“Teknologi tepat guna bisa menjadi alasan nuklir dikembangkan tidak hanya untuk PLTN, tapi juga untuk hal lainnya seperti untuk pangan dan pertanian. Ini perlu terus didorong,” kata Bambang dalam diskusi virtual dengan Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) pada Kamis (13/08/2020).
Bambang mengatakan pemanfaatan nuklir di sektor pertanian dan pangan bisa dilakukan melalui pengembangan iradiator gamma. Menurutnya iradiator gamma bisa membuat produk pertanian atau pangan lebih tahan lama dan tidak cepat busuk.
Sayangnya ini baru dikembangkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Serpong, Banten. Padahal kebutuhan sangat besar, sehingga diperlukan pengembangan lebih lanjut di tempat lain.
Pada tahun 2017, BATAN membangun iradiator gamma merah putih dengan tingkat kandungan dalam negeri sebesar 85%. Saat ini telah melayani 75 perusahaan dari berbagai jenis produk.
“Iradiator gamma ini harus dapat dibangun di daerah lain sesuai kebutuhan daerah untuk peningkatan ekspor,” ujarnya.
Energi nuklir sendiri dapat dimanfaatkan dalam hal pemuliaan tanaman dengan menggunakan teknik mutasi radiasi. Prosesnya adalah benih induk yang akan dimutasi, disinari oleh radiasi sinar gamma yang mampu menembus hingga lapisan kromosom. Struktur kromosom pada biji tersebut mengalami perubahan sehingga berdampak terhadap sifat tanaman dan keturunannya.
Dengan adanya teknik tersebut, dapat diciptakan varietas tanaman yang unggul seperti tahan hama, tahan kekeringan, dan mempercepat masa panen. Teknik mutasi radiasi juga aman dikonsumsi karena melalui beberapa tahap pengujian dan pemurnian serta juga tidak mengandung residu bahan kimia.
Bambang pun mengatakan pemanfaatan teknologi nuklir telah menghasilkan 44 varietas tanaman pangan seperti padi sebanyak 25 varietas, kacang kedelai 12 varietas, sorgum 3 varietas, kacang hijau 2 varietas, gandum tropis 1 varietas, dan kacang tanah 1 varietas.