Atasi Kelangkaan Makanan, Perusahaan di Hong Kong Terapkan Pertanian Vertikal Berteknologi Tinggi

  • Bagikan
Sumber foto: https://www.scmp.com/

Mediatani – Seiring berjalannya waktu, perkembangan peradaban menunjukkan peningkatannya, salah satunya yaitu perkembangan teknologi yang semakin canggih. Hingga dari waktu ke waktu perkembangan teknologi tersebut merambah ke dunia pertanian.

Hal ini digambarkan pada cerita salah satu pendiri yang sekaligus CEO dari perusahaan pertanian Farm66, Gordon Tam. Dia membuktikan bahwa sektor pertanian juga mampu untuk mengikuti tren perkembangan teknologi.

Pada awal Februari, terjadi krisis makanan segar yang melanda para penduduk Hong Kong. Hal tersebut dilihat dari kosongnya rak-rak penyimpanan sayuran dan sejenisnya. Kejadian tersebut disebabkan karena adanya aturan ketat terkait Covid-19 di perbatasan di China daratan yang berdampak pada pasokan makanan segar.

Di lain sisi, Hong Kong yang termasuk kota dengan penduduk yang padat dimana ruang pertanian menjadi sangat terbatas, sangat bergantung pada pasokan makanan dari luar. Sekitar lebih dari 90 persen, terutama pada produk segar seperti sayuran diimpor dari dataran China.

“Selama pandemi, kita semua memperhatikan bahwa produktivitas sayuran yang ditanam secara lokal sangat rendah. Dampak sosialnya sangat besar” ungkap Gordon Tam pada Jumat (27/5/2022).

Bahkan, tambah Tam, sayuran yang diproduksi secara lokal di kota tersebut hanya sekitar 1,5 persen saja. Namun, Tam optimis penerapan pertanian vertikal dengan input teknologi modern, seperti sensor IoT, robat dan lampu LED mampu menaikkan produksi pangan lokal. Hal tersebut yang ditawarkan oleh perusahaan Farm66.

“Pertanian vertikal adalah solusi yang baik karena sayuran dapat ditanam di kota. Sayuran bisa kita tanam sendiri sehingga tidak bergantung pada impor,”tuturnya dalam sebuah wawancara di pertanian vertikal perusahaan di kawasan industri.

Tam menerangkan, Farm66 dimulainya sejak tahun 2013 bersama salah satu pendirinya Billy Lam yang sekaligus merupakan COO perusahaan, yang menjadi pelopor pertanian vertikal yang didukung oleh input teknologi tinggi.

“Perusahaan kami adalah yang pertama menggunakan pencahayaan LED hemat energi dan teknologi panjang gelombang di pertanian,” ungkapnya.

“Kami menemukan bahwa warna yang berbeda pada spektrum cahaya membantu tanaman tumbuh dengan cara yang berbeda. Ini adalah terobosan teknologi kami,” jelas Tom.

Misalnya, tambah Tom, dengan memanfaatkan lampu LED biru dapat membantu tanaman menumbuhkan daun menjadi lebih besar, sedangkan untuk lampu LED merah akan menjadikan batang tumbuh dengan lebih cepat.

Teknologi robot IoT juga digunakan oleh Farm66 untuk mengontrol kualitas dan membantu mengelola pertanian dalam ruangan seluas 20.000 kaki persegi, sehingga dapat membantu perusahaan agar merekrut dan mempertahankan pekerja.

Namun, Tam mengungkapkan bahwa masalah yang dihadapi adalah kurangnya bakat dikarenakan anak-anak dari petani yang tersisa jarang yang ingin menjadi petani.

“Masalah besar bagi pertanian tradisional adalah kurangnya bakat. Itu karena anak-anak dari banyak petani yang tersisa tidak mau mengambil alih pertanian. Mereka pikir itu pekerjaan yang sangat membosankan”, ungkap Tam.

“Tapi dengan teknologi, kita bisa memperbaiki lingkungan kerja sehingga generasi muda mau bertani,” imbuhnya.

Hingga saat ini, sudah ada sebanyak 15 karyawan tetap termasuk ilmuan makanan, analis data dan insinyur mesin telah dipekerjakan oleh perusahaan Farm66 dan dapat memproduksi hingga tujuh ton sayur dalam sebulan.

  • Bagikan