Indonesia Pimpin Pembahasan Panduan Pengelolaan Perikanan Skala Kecil di ASEAN

  • Bagikan
Indonesia Didaulat Pimpin Formulasi Strategi

Mediatani – Indonesia ikut serta dalam rangkaian pertemuan Kelompok Kerja Perikanan ASEAN (ASEAN/ASWGFi) ke-29, yang diselenggarakan sejak tanggal 22 hingga 24 Juni 2021. Pertemuan tersebut merupakan satu-satunya forum resmi yang menangani bidang perikanan di ASEAN.

Pada kesempatan ini, setiap negara-negara anggota ASEAN memaparkan berbagai capaian dan implementasi dari Strategic Plan of Action yang telah disahkan untuk periode 2021 hingga 2025.

Pertemuan ASWGFi yang diselenggarakan kali ini dilaksanakan secara back to back dengan pertemuan ASEAN Fisheries Consultative Forum (AFCF). Dari forum AFCF ini, selanjutnya akan membahas isu-isu yang nantinya akan dibahas pada ASWGFi.

Selama 2 tahun terakhir, sebagai upaya efisiensi dan efektivititas, pertemuan AFCF ke-3 dan ASWGFi ke-29 juga juga dirangkaikan dengan pertemuan ASEAN Shrimp Alliance (ASA) yang ke-11.

Delegasi Indonesia pada forum tersebut dipimpin oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Agung Tri Prasetyo.

Adapun anggota delegasi Indonesia lainnya, yakni perwakilan dari seluruh unit kerja eselon I lingkup KKP, dan Kementerian Luar Negeri. Para delegasi Indonesia ini mengikuti pertemuan tersebut secara daring dan luring.

Dalam rangka keketuaan Indonesia di Forum ASWGFI, Sekretaris Jenderal KKP, Antam Novambar, mengungkapkan bahwa Indonesia memimpin inisiatif untuk membahas formulasi Strategi Regional untuk mendorong Implementasi FAO Voluntary Guidelines on Small-scale Fisheries (SSF).

Selain itu, Indonesia juga mengajak seluruh negara-negara ASEAN untuk mencapai pemahaman bersama dan memberi perhatian pada Small-scale Aquaculture (SSA).

Senada dengan Antam, Ketua Delegasi Indonesia dalam intervensinya mengingatkan kembali bahwa saat ini jumlah pelaku perikanan skala kecil yang ada di Indonesia dan di negara-negara ASEAN lainnya tercatat mencapai 90%, termasuk Small-scale Aquaculture. Sehingga, perlu adanya suatu panduan dalam pengelolaannya.

“Kalau SSF sudah ada, tinggal kita dorong implementasinya, sedangkan untuk Small-scale Aquaculture belum tersedia panduan, bahkan kesamaan persepsi dan pengertiannya pun belum ada. Oleh sebab itu, Indonesia siap memimpin pembahasan isu ini di kawasan dengan dukungan Sekretariat ASEAN,“ jelas Agung.

Sebagai Ketua dari Ad Hoc Taskforce on ASEAN General Fisheries Policy Feasibility Study (AGFP-FS), , Indonesia juga menyampaikan laporan pelaksanaan pertemuan penentuan posisi yang diambil oleh negara-negara ASEAN terhadap ASEAN General Fisheries Policy (AGFP), pada pertemuan ASWGFi ke-29.

Anggota Delegasi Indonesia, Djoko Arye Prasetyo, yang menyampaikan laporan tersebut disambut baik oleh negara ASEAN lainnya. Menurut Agung, Indonesia berhasil meraih dukungan negara-negara ASEAN terkait upaya mendorong implementasi kebijakan yang telah ada dan mekanisme yang sudah ada di ASEAN.

“Daripada membuat suatu Kebijakan Umum Perikanan ASEAN baru yang menggantikan kebijakan-kebijakan yang sudah ada,“ tambahnya.

Sementara itu, isu yang dibahas pada pertemuan ASEAN Shrimp Alliance (ASA) yang dilaksanakan tanggal 21 Juni 2021, yakni upaya negara-negara ASEAN dalam mitigasi dampak Covid-19 terhadap komoditas udang yang meliputi aspek produksi dan perdagangan.

Indonesia bersama negara-negara ASEAN lainnya punya peran yang signifikan sebagai negara eksportir produk udang ke pasar internasional seperti AS, Uni Eropa, dan Jepang.

Di Forum ASA ini, Indonesia menekankan pentingnya menjaga produktivitas dan kepatuhan terhadap aspek keamanan pangan (food safety) sebagai sesuatu yang mandatory, agar kepercayaan pasar terhadap produk udang tetap terjaga.

Tercatat, nantinya akan dilaksanakan dua proyek ASA di bawah koordinasi Sekretariat ASA di Thailand yaitu Regional Collaborative for Long-term Genetic Improvement of Growth Robustness and Resistance to Early Mortality Syndrome in White Shrimp for ASA, dan ASEAN Awareness Building on Implementing Traceability.

  • Bagikan