Mediatani – Bekerja di sektor perikanan memang tidak mudah, apalagi jika tidak dibekali dengan pendidikan dan pengalaman yang mumpuni. Selain mengasah pengalaman, Sobat Mediatani juga perlu belajar dari negara maju, salah satunya Jepang. Hal ini karena sistem perikanan Jepang sangat unggul dan layak dijadikan panutan.
Mengutip buku Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pelagis di Indonesia (2017), Jepang merupakan wilayah penangkapan ikan terbaik di dunia karena menjadi pertemuan arus Kuroshio dan Orashio.
Selain faktor alam, Jepang memiliki teknologi yang canggih dan kebijakan pemerintah yang inovatif, sehingga membuat sektor perikanannya tumbuh pesat.
Faktor Penyebab Sistem Perikanan Jepang
Dibalik suksesnya industri perikanan di Jepang terdapat banyak faktor yang memengaruhinya. Bahkan, bisa jadi strategi yang diterapkan di Jepang ini belum tentu diterapkan pada sektor perikanan di negara lainnya.
Lalu, apa saja faktor yang menyebabkan industri perikanan Jepang mengalami kemajuan? Barangkali, ada inovasi yang mereka terapkan pada usaha perikanan supaya hasilnya lebih memuaskan. Untuk mengetahui informasi lebih jelasnya, simak informasi di artikel ini:
1. Sumber Daya yang Kompeten
Perikanan di Jepang memang menjadi salah satu perikanan terbaik yang ada di dunia. Salah satu penyebabnya yakni karena sumber dayanya yang kompeten. Orang Jepang terkenal dengan etos kerjanya yang tinggi, sehingga sangat produktif dalam menekuni bidang pekerjaan yang digelutinya.
Selain produktif, nelayan Jepang memiliki ketrampilan kerja yang memadai. Mereka yang bekerja sebagai nelayan bukan karena terpaksa atau karena tidak memiliki kemampuan untuk bekerja di sektor lain. Orang Jepang memilih profesi sebagai nelayan berdasarkan peluang dan pertimbangan yang matang.
Jika di Indonesia, profesi nelayan mungkin masih dipandang sebagai profesi yang kurang menjanjikan dan tidak prestisius. Namun, hal ini sedikit berbeda dengan kultur kerja di Jepang yang tidak memandang tinggi rendahnya profesi berdasarkan pakaian atau tempat bekerja.
Nelayan di Jepang umumnya memiliki background pendidikan atau pelatihan di bidang perikanan dan kemaritiman. Selain itu, sebagian dari mereka ada yang meneruskan usaha keluarga, sehingga pengalamannya cukup menjanjikan untuk ikut terjun ke sektor perikanan tersebut.
2. Peduli Lingkungan
Pekerjaan yang dilakukan oleh nelayan Jepang tidak seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Para nelayan di Negeri Sakura tersebut tidak hanya menaiki kapal, melaut, dan menangkap ikan saja. Namun, para nelayan di Jepang juga peduli dengan kegiatan ilmiah yang dilakukan guna meminimalisir dampak dari maraknya penangkapan ikan.
Para nelayan perlu memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang karakteristik laut, sistem pelayaran dan keanekaragaman hewan laut. Dengan pengetahuan yang luas, nelayan dapat bekerja secars efisien, namun dengan hasil yang memuaskan. Di samping itu, keselamatan tetap dapat terjaga, mengingat bekerja di laut lepas memiliki risiko yang besar.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja di sektor perikanan umumnya berada di laut. Jenis pekerjaannya yaitu berlayar dan mencari ikan menggunakan kapal laut selama beberapa hari. Selain itu, ada pula pekerja yang melakukan pembudidayaan akuakultur di sekitar area pantai.
Jenis pekerjaan di perikanan ini juga dapat berubah dan disesuaikan dengan kondisi iklim maupun laut. Nelayan bisa memilih untuk bekerja di laut tropis yang beriklim hangat atau laut utara yang beriklim dingin.
Jam kerja di sektor perikanan ini umumnya 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Hal ini juga tergantung dengan kondisi pekerjaan yang mungkin akan lebih banyak lembur.
4. Skema Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
Skema manajemen sumber daya perikanan di Jepang saat ini menerapkan kebijakan berlandaskan komunitas atau kebijakan sukarela. Kebijakan ini dikelola oleh Fisheries Cooperative Association (FCA) atau yang biasa disebut dengan koperasi perikanan.
Sedangkan kebijakan pengendalian perikanan dikelola oleh pemerintah, baik provinsi maupun pusat. Rancangan ini berhubungan dengan pengendalian ukuran kapal, jumlah kapal, alat tangkap dan metode penangkapan ikan.
Selain itu, industri perikanan juga menerapkan aturan pengendalian keluaran yang berhubungan dengan jumlah ikan yang diperbolehkan untuk ditangkap, dalam hal ini sebanyak tujuh spesies. Pengendalian teknis juga diperlukan untuk mengatur periode penangkapan ikan yang efektif.
Skema ini diterapkan untuk melindungi persediaan pemijahan, zona penangkapan ikan, dan ukuran mata jaring untuk alat tangkap.
5. Sistem Zonasi atau Pembagian Wilayah
Sejak zaman dahulu, sistem perikanan Jepang telah berbentuk klasifikasi zonasi atau pembagian wilayah. Jadi, hak perikanan yang bisa dipilih yaitu wilayah perikanan darat maupun pesisir. Setiap komunitas nelayan melakukan manajemen sumber daya secara mandiri.
Wilayah pesisir pantai telah dibagi sistem zonasi beserta cara pengelolaannya, baik dari segi alat tangkap maupun kuota tangkapan ikan. Adapun hak pengelolaan bersama di dalam sistem manajemen zonasi memperoleh izin dari Gubernur Prefektur yang mengacu pada Undang-Undang Perikanan.
Harus diakui bahwa pemerintah Jepang memiliki andil besar dalam manajemen industri perikanan. Bentuk-bentuk dukungan dari pemerintah di antaranya yaitu:
- memberikan hak pengelolaan perikanan kepada para kelompok nelayan, sehingga mereka dapat menjalankan usaha dengan perlindungan hukum yang pasti.
- Memfasilitasi pengelolaan sumber daya milik komunitas nelayan dan membantu untuk mempertahankan usahanya..
- Mengatur sistem pengelolaan perikanan dan sumber daya masyarakat atau Community Based Resource Management (CBRM), sehingga industri ini semakin berdaya dan berjaya.
**
Dengan segala upaya di atas, industri perikanan Jepang mampu menjadi pusat grosir hasil laut terbesar di dunia dan menjadi pioner dalam skala global. Berbagai upaya di atas dapat dijadikan sebagai inspirasi bahwa sektor perikanan juga dapat menjadi sumber pemasukan yang besar bagi negara.
Meski dikenal sebagai salah satu negara dengan industri perikanan yang cukup maju, namun perkembangan perikanan di Negeri Sakura tersebut ternyata tidak sejalan dengan ketersediaan sumberdaya ikan yang terdapat di perairannya.
Pasalnya, hasil tangkapan ikan di Jepang telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir ini. Beberapa jenis hasil tangkapan, seperti ikan pacific saury, salmon dan cumi-cumi terbang kini terus berkurang. Hal ini diduga terjadi karena dampak dari pemanasan global.