Ini Penjelasannya, Mengapa Edelweiss disebut Bunga Abadi

  • Bagikan
Sumber foto: kompas.com

Mediatani – Sepertinya bunga edelweiss atau bunga abadi ini sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Yah, selain kecantikan dari kelopak bunganya, rupanya eksistensi bunga edelweiss juga didukung oleh faktor dari nama lainnya yaitu bunga abadi. Sehingga banyak orang yang ingin memetiknya dan membawanya pulang untuk dijadikan sebagai kenang – kenangan apalagi bagi para pendaki yang memang mendapati bunga edelweiss ini saat naik gunung.

Beberapa dari kita mungkin bertanya atau menerka – nerka, apa yang menyebabkan sehingga bunga edelweiss ini dinobatkan sebagai bunga abadi dan banyak diminati oleh beberapa kalangan?

Sebelum bercerita tentang mengapa bunga edelweiss ini bisa dijuluki sebagai bunga abadi, kita akan berkenalan sedikit mengenai bunga edelweiss ini.

Pertama kali bunga edelweiss ini ditemukan di lereng Gunung Gede, Jawa Barta, Indonesia. Waktu itu, bunga ini di temukan oleh ilmuwan yang bernama Caspar Georg Carl Reinwardt yang berasal dari Jerman. Kemudian penelitian ini dilanjutkan oleh Carl Heinrich Schultz pada tahun 1819.

Nama edelweiss itu sendiri di ambil dari Bahasa Jerman. Edel yang artinya mulia dan Weiss yang berarti putih. Bunga edelweiss ini mampu bertahan hidup di daerah yang memiliki kondisi tanah tandus dan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda pegunungan.

Berdasarkan dari situs Indonesia.go.id, bunga edelweiss memiliki nama latin yaitu Anaphalis javanica. Bunga edelweiss ini memiliki tinggi tidak lebih dari satu meter dan biasanya berukuran seperti sebesar batang kaki manusia. Bunga ini biasanya tumbuh di ketinggian sekitar dua ribu meter diatas permukaan laut (mdpl) tergantung dari suhu udara dan kelembapan.

Bunga edelweiss ini tumbuh saat musim hujan berakhir dan saat intensitas matahari sedang tinggi. Biasanya periode ini berada pada bulan April hingga bulan September. Jika bunga edelweiss telah mekar, biasanya bunga edelweiss ini sering dihinggapi oleh kurang lebih tiga ratusan jenis serangga. Beberapa diantaranya adalah kupu – kupu, lebah, lalat, kutu, tabuhan dan banyak serangga lainnya.

Di Indonesia itu sendiri, diketahui ada sejumlah pegunungan yang memiliki padang hamparan bunga edelweiss yang cukup luas. Diantaranya adalah terdapat di Gunung Lawu, Gunung Gede, Gunung Semeru, Gunung Pangrango, Gunung Semeru dan Gunung Papandayan. Ditemukan jenis edelweiss yang lainnya yang hanya terdapat di Gunung Semeru Indonesia dan di sepanjang pegunungan Alpen di Eropa yaitu Anaphalis Javanica, yakni Leontopodium alpinum.

Nah, mengapa disebut bunga abadi? Sebab pada bunga edelweiss ini terkandung hormone etilen yang mampu mencegah kerontokan pada kelopak bunga. Dengan kehadiran hormone tersebut, sehingga bunga edelweiss bisa mekar dan bertahan hingga sepuluh tahun lamanya atau bahkan bisa lebih.

Namun, masih ada saja yang memanfaatkan keunikan dari bunga edelweiss ini, sehingga semakin lama banyak orang yang memetiknya dan alih-alih menjadikannya cinderamata atau kenang-kenangan yang dibawa turun oleh pendaki.

Seperti yang terjadi beberapa waktu yang lalu, bunga edelweiss ini sempat viral karena adanya seorang pendaki wanita yang memetik bunga ini saat melakukan pendakian ke Gunung Lawu. Sekadar informasi, bahwa memetik bunga edelweiss itu perbuatan yang jelas telah dilarang oleh Pemerintah.

Hal ini dikhawatirkan bisa mengancam populasi dari bunga Edelweiss Jawa yang dilindungi. Dikutip dari Balitbangham, bahwa larangan memetik bunga Edelweiss tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 bahwa Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem, Pasal 33 ayat 1 yang berbunyi Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. Jika tetap melakukannya, maka ada ancaman penjara 10 tahun dan denda hingga Rp200 juta seperti tercantum dalam UU No.5 pasal 40 ayat 2.

  • Bagikan