Inspiratif! Politisi Ini Diam-diam Tanam Porang dan Berhasil, Kini Buat Sekolah Porang Gratis (1)

  • Bagikan
Syaharuddin Alrif (tengah)/ist

Mediatani – Banyak yang penasaran berapa seh penghasilan dari tanam porang?

Nah, berikut ini adalah peluang bisnis porang dan hitung-hitungan keuntungan porang yang dibagikan dari pengalaman Petani Porang asal Sidrap Sulsel, Syaharuddin Alrif.

Dia mengaku, berkat tanaman porang, Syaharuddiin Alrif dapat penghargaan “Petani Inspiratif” dari Kementerian Pertanian RI tahun 2021 ini.

Jarang yang tahu bahwa potensi penghasilan petani porang bisa sampai Rp 200 juta sekali panen. Sosok Syaharuddin Alrif bukan petani porang sembarangan.

Bertani porang dilakoninya di sela-sela kesibukan sebagai Wakil Ketua DPRD Sulsel dan Sekretaris DPW Partai Nasdem Sulsel. Wow!

Tak sekadar sampingan, namun politisi muda Sulsel ini terjun langsung membina dan mengolah lahan tandus jadi lahan porang.

Mengutip, Rabu (30/6/2021) dari tribun-timur.com, Syaharuddin Alrif berbagi tips Budidaya Porang dan cara memulai tanam porang yang mulai digelutinya 2019 lalu. Belum cukup dua tahun, hasilnya sudah kelihatan.

Kebun Porangnya di Bendoro, Dusun Tellang, Desa Tallumae Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidrap Sulsel kini ramai dikunjungi.

Terutama bagi petani dan pengambil kebijakan yang sedang menjajaki potensi Budidaya Porang untuk sumber pendapatan baru masyarakat. Sekali panen dalam lahan satu hektare bisa memperoleh Rp200 juta.

Berikut rangkuman wawancara bersama Alrif yang dikutip dari sumber yang sama.

Bagaimana potensi Porang di Sulsel?

Awal mengenal itu tahun 2019, saya baca media, berawal inspirasi saya, tertulis Porang adalah tambang emas baru bagi masyarakat. Lalu saya penasaran baca, saya baca lagi, ternyata apa sebenarnya ini Porang.

Setelah cari tahu, ini tumbuhan liar yang ada di Sulawesi Selatan. Di Indonesia ada tiga provinsi kandangnya, di Jatim, Sulselm dan NTT.

Ternyata di Sulsel, pabriknya berdiri sejak 2014, pengolahan. Ada di Gowa, Takalar, dan Makassar. Saya bertanya-tanya kenapa tidak booming dari dulu?

Ternyata karena Porang masyarakat di Bulukumba, Selayar, mereka panen tanpa menanam karena tumbuhan liar, tumbuh di sungai, kebun, tumbuh di mana-mana.

Tidak terurus, cuma orang panen karena ada pembelinya. Dari situ saya terinspirasi, saya berpikir di Sidrap saya buka contoh, dan melakukan gebrakan inovasi di sektor pertanian. Di kampung saya, Sidrap, Pinrang, Enrekang, dominan masyarakat petani.

Maka saya sebagai wakil rakyat dua periode harus berpikir tambahan pendapatan untuk para petani, sehingga petani punya lompatan pendapat yang bisa memberi sejahtera.

Sekarang di Sidrap, padi dan jagung Alhamdulillah, buat mereka sejahtera, anak bisa sekolah, bisa kuliah, bisa bekerja. Saya pikirkan petani Sidrap Sulsel, urus petani siang lahan tidur yang tidak produktif dimanfaatkan.

Mulai 2019, bersama bina kelompok tani, turun langsung ambil bibit dari hutan, saya pindahkan ke lahan yang garap dari lahan tidur diubah menjadi lahan perkebunan modern, mekanisme dilakukan dengan bagus kemudian pola budidaya.

Secara otodidak tanpa konsultan pertanian, begitu masuk Covid-19, bulan 2, bulan 4,5 tiba-tiba apa yang saya lakukan diketahui oleh masyarakat banyak.

Bulan 6, 7, saya buka tiba-tiba viral, saat itu dikunjungi dirjen tanaman pangan dan pak Mentan panen raya, saya buktikan Inovasi yang saya lakukan dengan manfaatkan lahan tidur ini bisa berhasil.

Justru bisa buat lompatan pendapatan bagi masyarakat petani setelah pak menteri datang dan panen raya, hasilnya sangat bagus, targetnya sudah tercapai, manfaatkan lahan tidur supaya masyarakat ada tambahan penghasilan selain padi dan jagung.

Komoditi Porang ini pun gampang ditanam di mana saja, di dalam pot, bisa tumbuh bebas, di hutan tumbuh bebas. Setelah Menteri Pertanian datang, dicek ke berbagai provinsi, ternyata porang ini permintaan ekspornya sudah ke 16 negara.

Oleh pak mentan, Porang dijadikan pendorong utama, apalagi di tengah pandemi. Ini jadi dorongan pasti berhasil kalau kita bersungguh-sungguh.

Lalu saya dikabari dari Bangka Belitung, mau datang berkunjung 21 orang belajar porang di Sidrap. Inovasi karena niat untuk masyarakat saya buatkanlah sekolah Porang. Orang datang bebas belajar, saya ajari, secara gratis, ilmu dan fasilitas makan dan minum.

Dari Juni 2020 sampai sekarang sudah terhitung 580 orang berkunjung dari seluruh Indonesia. Beberapa pejabat, Gubernur Kalimantan Utara, Bupati Majene, pengusaha dari Bangka Belitung, mereka minat untuk kembangkan.

Ketiga, ini jadi dorongan motivasi pemuda. Di Sulsel banyak keluaran sarjana pertanian, peternakan, perikanan, bisa jadi contoh. Saya saja sarjana politik mampu melakukan inovasi di sektor pertanian dan mampu buka lapangan kerja, apalagi adek-adek.

Makanya Pak Menteri Pertanian dorong saya motivasi petani anak muda setelah sarjana, bukan mainset bekerja di depan meja, tapi kembali ke desa manfaatkan lahan dan optimalisasi.

Biar lahan 1 hektare dengan ilmu pertanian, ini bisa angkat pertumbuhan desa supaya berimplikasi pada devisa negara.Tiga poin penting, dari lahan tidur, kemudian tambahan pendapatan warga, dan dorongan anak muda di Sulsel.

Banyak yang bilang jadi petani itu susah, kotor, hitam, tapi kalau ditekuni Insyaallah pasti membuka lapangan kerja jadikan masyarakat sejahtera.

Keempat saya pikir wakil rakyat tidak ada gunanya kalau tidak mampu menambah pendapatan masyarakat bawah. Masyarakat paling banyak di Sulsel adalah petani.

Niat saya seperti itu, dari perkebunan pelan-pelan jadi industri, Alhamdulillah beberapa bulan lalu saya diundang pengusaha Porang di Indonesia. Bersambung.

Baca Part 2 dengan klik di sini. (*)

  • Bagikan