Jeruk Petani di Lembang Dibiarkan Membusuk di Kebun, Ini Alasannya

  • Bagikan
Petani membiarkan jeruknya berjatuhan dan membusuk di kebun/via Kompas.com/IST

Mediatani – Para petani jeruk di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengeluhkan harga jeruk yang anjlok. Akibatnya, mereka enggan memanen dan membiarkan jeruknya berserakkan begitu saja di bawah pohonnya.

Amang, salah seorang petani jeruk california di Kampung Baru Nagri, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Bandung Barat, mengaku ia memiliki kebun jeruk dengan luas 2,5 hektare.

Perbulannya dia bisa memanen jeruk sampai 4 ton. Biasanya, ia menjual jeruknya ke perusahaan minuman kemasan.

Per kilogramnya dihargai Rp35.000. Namun kali ini, harga jeruk anjlok hingga Rp 7.000 per kilogram.

Selain harganya anjlok, jeruk yang dipanennya pun tidak ada yang membeli. Akibatnya, Amang pun merugi.

Biasanya, Amang bisa meraih pendapatan Rp24 juta dari 4 ton jeruk dengan harga terendah, yakni Rp 7.000 per kilogram.

Namun kali ini boro-boro dapat harga terendah, laku saja tidak.
“Akhirnya saya biarkan saja jeruk tak dipanen karena dipanen pun rugi,” kata Amang kepada Kompas.com via sambungan telepon, Minggu (11/4/2021), melansir dari kompas.com, Senin (12/4/2021)

Amang mengaku, karena tidak dipanen, jeruk pun kian menguning dan kemudian jatuh. Jeruknya pun akhirnya membusuk.

Amang mengaku, kejadian serupa dialami oleh rekan petani lainnya. Sebut saja Jaja dan Dadang Sopandi. Mereka juga mengalami nasib serupa, jeruknya tidak ada pembeli.

Amang berharap pemerintah atau pihak swasta untuk membeli jeruk mereka. Ia tidak mempersoalkan jeruk dibeli dengan harga terendah, yang penting laku.

Dihajar impor

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi ketika diminta tanggapannya mengatakan bahwa harga jeruk petani Lembang anjlok dan tidak ada yang membeli karena mereka dihajar produk impor.

Dedi mengatakan, Komisi IV beberapa bulan lalu dalam rapat dengar pendapat sudah menyampaikan bahwa buah impor, termasuk jeruk, tidak lagi masuk pasar swalayan, tetapi sudah dijual di desa.

“Coba perhatikan penjual buah keliling seperti di mobil atau dipikul, itu semua produk impor. Jadi bohong kalau menyebut bahwa produk impor hanya untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Faktnya, buah impor sudah masuk ke eceran di desa,” kata Dedi.

Kata Dedi, jika metodologi distribusi produk impor sudah sampai jaringan ritel non swalayan, maka tunggu saja kehancuran petani lokal.

“Ya wasalam untuk petani buah lokal. Produk impor sampai dipikul dijual ke rumah-rumah, saking banyaknya,” lanjut Dedi.

Dedi mengatakan, pihaknya sudah beberapa kali meminta bahwa Dirjen Holtikulutra pada Kementerian Pertanian agar lebih selektif dalam memberikan rekomendasi izin impor.

Jangan sampai pemerintah impor produk yang sebenarnya bisa disediakan oleh petani lokal. “Itu menyebabkan over supply, akhirnya produk petani lokal tidak laku,” ujar mantan bupati Purwakarta itu.

Jeruk Purut Bisa Diolah Menjadi Produk Ini Lho

Sementara, bagi anda yang punya banyak Jeruk Purut, ternyata bisa mengolahnya menjadi produk minyak atsiri, lho.

Nama jeruk purut masih terdengar asing bagi masyarakat Garut, Jawa Barat. Keberadaan tanaman ini di Garut pun masih dikatakan sebagai tanaman liar.

Namun siapa yang menyangka jika si mungil ini menyimpan segudang potensi yang dapat diolah menjadi ragam olahan untuk dunia kesehatan, terutama minyak atsiri yang menjadi bahan dasar minyak wangi dan produk lainnya.

Dilansir dari SariAgri – Ketua Paguyuban Petani Jeruk Purut Pucuk 8 Garut, Yuyu Karyudin Yunantara mengatakan bahwa, potensi jeruk purut sebagai bahan dasar atau bibit olahan untuk dunia kesehatan, baru ditemukan dalam dua tahun terakhir ini.

Saat itu ada seorang pensiunan lembaga sertifikasi nasional pelat merah berhasil mendapatkan formula minyak atsiri berbahan jeruk purut dengan kualitas mumpuni.

“Produk kami sangat cocok menjadi bahan dasar parfum kelas premium,” kata Yuyu (28/3/2021).

Awalnya banyak buah jeruk purut sisa ekspor yang dibuang atau dibiarkan membusuk dan dijadikan pupuk organik, namun kini tidak lagi sebab ditemukannya formula minyak atsiri tersebut.

“Dulu bahkan sengaja dibuang ke sungai karena kami belum tahu akan diolah menjadi apa,” ungkapnya.

Perlahan namun pasti, formula minyak atsiri jeruk purut mulai terendus di kalangan industri kesehatan dan kecantikan sebagai bahan dasar minyak wangi. Baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version