Kembangkan Produk Olahan Ubi Kayu, Kementan Banjir Apresiasi

  • Bagikan
Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Sumatera Barat, Emma Yohanna
Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Sumatera Barat, Emma Yohanna

Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) RI dalam upayanya untuk mengembangkan makanan lokal mendapat dukungan dari salah satu Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI utusan Sumatera Barat, Emma Yohanna.

Dalam upaya kali ini Kementerian Pertanian akan mengembangkan produk olahan yang memiliki bahan dasar ubi kayu sebagai makanan lokal yang berkualitas dan sehat.

Emma berpendapat bahwa selama ini, ubi kayu memang mempunyai potensi yang cukup besar terhadap industri produk makanan dalam negeri. Selain itu, menurut Emma, ubi kayu ini mempunyai cita rasa yang tinggi yang bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi beragam macam produk makanan siap saji.

“Sekarang Konsorsium Bisnis di Minangkabau (Sumatera Barat) telah memulai membuat Mie Minangkabau yang semua bahan bakunya terdiri dari Mocaf (Singkong),” ujar Emma, pada Selasa (13/7/2021)

Kendati demikian, Emma menambahkan bahwa produsen makanan olahan lokal yang ada di Sumatera Barat masih menjalin kerjasama dengan perusahan yang ada di Jawa Tengah. Tetapi, nantinya akan diupayakan agar lahir unit-unit usaha yang berasal dari pelosok desa. Hal ini disebabkan karena di Sumatera Barat belum dibangun pabrik atau industri Mocaf.

“Tahun depan akan ada perencanaan untuk keperluan awal yaitu lima ratus hektar. Kalau sekarang masih kerjasama dengan Jawa Tengah,” ungkap Emma.

Apresiasi yang sama juga sebelumnya juga diberikan oleh Stefanus Liow selaku anggota komite II lainya Dirinya mengapresiasi atas upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh jajaran Kementan terhadap peningkatan produksi pangan, baik lokal maupun nasional. Kinerja tersebut dinilai sangat luar biasa sebab telah berkontribusi terhadapa perbaikan ekonomi dalam negeri.

Stefan juga membeberkan bahwa tidak hanya makanan lokal saja yang menjadi perhatiannya saat ini, tetapi juga banyaknya usulan dari rakyat agar bisa mengembangkan bunga Krisan karena dinilai berpotensi untuk di ekspor, khususnya ke Jepang.

Senada dengan hal tersebut, Prof. Achmad Subagio selaku Guru Besar Universitas Jember juga mendukung gerakan yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian ini. Menurutnya, diversifikasi pangan lokal yang bisa dimulai melalui olahan ubi kayu karbohidrat contohnya seperti singkong.

“Kita tau ada mocaf dari bahan dasar singkong. Kemudian ada tapioka dan juga gaplek yang keduanya berasal dari singkong. Belum lagi akar dan daun yang bisa digunakan untuk olahan kimia dan makanan lainya,” kata Prof Subagio.

Prof Subagio juga mengatakan bahwa komoditas singkong ini mempunyai potensi bisnis yang sangat luar biasa, khususnya untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor terhadap prodak olahan mocaf. Bahkan, singkong juga dianggap memiliki kekuatan juga karakter produk makanan khas bangsa Indonesia.

Di lain sisi, komoditas singkong ini menjadi salah satu komoditas yang paling kuat terjangkit hama, sehingga pada tiap kandungan nutrisinya akan tetap terjaga dengan baik. Terlebih lagi ketika diperkuat dengan pupuk untuk menyuburkan tanahnya.

“Sebenarnya jika kita tinjau dari segi resiko kehilangan nutrisi singkong itu paling rendah jika dibandingkan dengan tanaman lain,” ungkap Prof Achmad.

Sementara itu, Arif Lambaga selaku Ketua Masyarakat Singkong Indonesia, mengatakan bahwa produk dari olahan singkong ini merupakan jati diri dari bangsa Indonesia yang mempunyai potensi ekonomi yang cukup besar. Utamanya dalam menghidupkan perekonomian sektor keluarga.

“Hal ini karena Kita bisa menanam singkong di lahan-lahan sempit contohnya seperti pekarangan rumah. Saya kira ini sudah sesuai dengan program pemerintah yang telah mensinergikannya melalui gerakan diversifikasi pangan lokal,” pungkas Arif.

  • Bagikan