Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan mendorong pengawalan usaha perkebunan nasional lewat pelatihan petugas Penilai Usaha Perkebunan (PUP). Menurut Sekretaris Ditjen Perkebunan Kementan, Antarjo Dikin, petugas PUP berperan strategis dalam mengawal kesuksesan program mengembalikan kejayaan perkebunan nasional. Petugas penilai atau auditor mempunyai peran penting dalam tata kelola kebun yang baik.
“Ini merupakan salah satu peran pemerintah dalam melakukan pengawasan di samping fungsi pembinaan sebagaimana diamanatkan dalam Permentan Nomor 98 tahun 2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan,” demikian jelas Antarjo dalam keterangan tertulis, Selasa (7/5/2019).
Menurutnya, hasil penilaian kebun merupakan pre-requisite untuk sertifikasi ISPO. Dengan begitu lembaga sertifikasi ISPO tidak lagi melakukan audit terhadap sub-sistem yang telah dinilai oleh petugas penilai. Namun tetap bisa jadi dilakukan audit sebagian terhadap hal-hal yang perlu klarifikasi atau validasi.
Mekanisme di atas, lanjut Antarjo, dapat dilakukan apabila hasil penilaian kelas kebun dipercaya dan dijamin oleh semua pihak dengan dilakukan oleh petugas yang kompeten dan sistem penilaian didasarkan pada standar audit (SNI/ISO 19011: 2018). Ia melanjutkan, prinsip dasar, etika, dokumen yang traceable dan independent merupakan bagian dari petugas penilai, sehingga mampu berperan sebagai auditor ISPO.
“Untuk meningkatkan kompetensi seperti yang diinginkan, diperlukan dukungan lain dari semua pihak dan integritas petugas PUP sangat penting untuk menghasilkan nilai kelas kebun sesuai persyaratan,” terangnya.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Pekebunan, Kementan, Dedi Junaedi menambahkan pengelolaan perkebunan harus mematuhi peraturan atau regulasi terkait. Salah satunya perizinan usaha perkebunan yang juga memuat kewajiban perusahaan memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat.
“Praktik audit (on site) di pelatihan kemarin dilakukan di PTPN IX Kebun Getas Semarang dan Kampung kopi Banaran, dengan melakukan penilaian terhadap 8 sub sistem sesuai Permentan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan,” ujarnya.
Untuk diketahui, adapun output dari pelatihan ini antara lain petugas mampu membuat rencana audit, melaksanakan audit dan melakukan evaluasi audit sebagaimana standar acuan sehingga hasil penilaian lebih dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, dan juga diharapkan nantinya turut mengawal bangkitnya kejayaan perkebunan nasional.