Kenaikan Harga Kedelai Juga Berimbas ke Pedagang Daun Pisang

  • Bagikan
Sumber foto: kompastv.com

Mediatani – Belakangan ini, kenaikan harga kedelai menjadi topik yang hangat dibicarakan oleh publik Tanah Air. Masalah yang sama seakan terus berulang tanpa menemui titik temu permanen. Harga kedelai impor yang melonjak kemudian berimbas pada kenaikan harga tahu dan tempe.

Ancaman mogok kemudian digaungkan oleh para produsen atau pengrajin tahu tempe di sejumlah wilayah yang ada di Indonesia. Mogok produksi seolah menjadi pilihan para pengrajin untuk menyuarakan kegundahan terhadap lonjakan harga kedelai.

Pekan lalu, para perajin tahu tempe yang tergabung dalam Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), mewanti-wanti tidak akan menyuplai tahu dan tempe di pasar. Hal ini karena mereka akan melakukan aksi mogok produksi selama tiga hari yang dimulai dari tanggal 21 hingga 23 Februari 2022.

Tak cuma mogok produksi, pengrajin tahu dan tempe ini juga mengancam akan turun ke jalan bila pemerintah tidak bisa menangani masalah mahalnya harga kedelai ini. Istana negara di Jakarta jadi salah satu tujuan aksi demo.

Imbas dari kenaikan harga kedelai impor, ternyata tidak saja dirasakan oleh pengrajin tahun tempe saja. Pedagang daun pisang juga terdampak akibat aksi mogok produksi yang dilakukan para perajin tahu tempe.

Salah satu pedagang pisang dan daun pisang bernama Bahrum (22) mengaku ikut terkena dampaknya. Hal ini karena mayoritas pembeli daun pisangnya adalah pengrajin tempe. Namun, karena perajin tempe mogok produksi, maka penjualan daun pisang yang ada di kiosnya mengalami penurunan.

“Tiap hari biasanya habis dua sampai tiga koli. Satu koli itu tiga puluh lipatan daun pisang. Sekarang mah ngaruh kalau (perajin) tempe sudah pada libur,” ujar Bahrum saat ditemui di Pasar Jombang, pada Selasa (22/2/22).

Satu lipatan daun pisang, ungkap Bahrum, dijual dengan harga Rp 10 ribu. Bila terjual tiga koli yang isinya sembilan puluh lipatan itu, maka dalam sehari Bahrum bisa memperoleh Rp 900 ribu. Akan tetapi, di saat pengrajin tahu tempe mogok produksi, penghasilannya kini menurun drastis.

“Hari ini dikirim satu koli tiga puluh lipat, baru laku 25 lipatan, dapat Rp 250 ribu. Yang beli tukang kue, pedagang nasi padang. Satu koli saja enggak habis hari ini karena lagi pada libur perajin tempenya,” lanjut Bahrum.

Bahrum berharap agar para pengrajin bisa memproduksi tahu tempe lagi. Menurutnya, aksi mogok para pengrajin yang membuat stok tahu tempe kosong juga berpengaruh terhadap jumlah pembeli yang datang ke pasar. Pasalnya, tahu tempe merupakan bahan pangan sehari-hari yang paling sering dibeli oleh masyarakat.

“Ngaruh (ke pembeli). Pasar juga kalau enggak ada tempe tahu sepi. Karena pembeli kan biasa masak tahu tempe sehari-hari. Ada banyak yang mau nyetok belanja bahan dapur, enggak ada tahu tempe terus enggak jadi belanja,” pungkasnya.

  • Bagikan