Mediatani – Marine Stewardship Council (MSC), organisasi internasional nirlaba mengapresiasi nelayan kecil di Pulau Buru, Provinsi Maluku atas keberhasilannya memperoleh sertifikasi ekolabel global perikanan yang merupakan wujud upaya menciptakan perikanan berkelanjutan.
Direktur MSC di Indonesia Hirmen Syofyanto mengatakan bahwa MSC bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berkomitmen untuk terus mengembangkan Program Perbaikan Perikanan di Indonesia atau Fisheries Improvement Project (FIP), salah satunya di Pulau Buru.
MSC sendiri berfokus untuk menetapkan standar berbasis sains dan diakui secara global terhadap praktik penangkapan ikan di alam serta ketertelusuran makanan laut yang berkelanjutan.
Sertifikasi yang dilakukan MSC secara independen dan berbasis sains ini ditandai dengan adanya label MSC biru pada produk makanan laut.
Sebelumnya, MSC dan KKP telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk bekerja di 5 wilayah, termasuk MoU dengan Dinas Perikanan Provinsi Maluku yang dilaksanakan pada akhir 2019.
Untuk meningkatkan kapasitas anggota asosiasi dan pemangku kepentingan, MSC memberikan pelatihan terkait berbagai hal teknis dalam mewujudkan perikanan berkelanjutan, baik perikanan maupun Rantai Pengawasan.
Di Pulau Buru, nelayan dan mitranya Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) selama lebih dari delapan tahun terakhir telah membuktikan penerapan perikanan tangkap yang bergerak menuju keberlanjutan.
Berkat kerjasama yang dibangun dengan MDPI ini, nelayan Pulau Buru berhasil menjadi nelayan pancing ulur ikan tuna sirip kuning (yellowfin tuna) yang mencapai sertifikasi ecolabelling MSC.
Hirmen menuturkan bahwa pencapaian tersebut adalah hasil maksimal dari perjalanan panjang yang dilalui oleh nelayan skala kecil menggunakan pancing ulur dalam praktik keberlanjutannya terhadap standar global MSC.
“Perikanan tuna Serikat Nelayan Fair Trade Pulau Buru Utara, Maluku pada bulan Mei 2020 menjadi perikanan tuna sirip kuning pancing ulur pertama di dunia dan perikanan kedua di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi perikanan MSC,” ungkapnya dilansir dari Antaranews, Kamis (11/11).
Menurutnya, masyarakat perikanan di Pulau Buru, telah menjalankan program perbaikan perikanan (FIP) sejak April 2013 dan tersertifikasi menurut standar perikanan tangkap Fair Trade Amerika Serikat (AS) sejak Oktober 2014.
Masyarakat perikanan yang mensukseskan program ini terdiri dari nelayan berjumlah 123 orang yang teroganisasi dalam 9 serikat Fair Trade.
Kerja sama MSC bersama KKP dalam program perbaikan perikanan di Indonesia melibatkan stakeholder lainnya, seperti Pemerintah Provinsi Maluku dan mitra pelaksana, yang dikhususkan mendukung percepatan penyusunan Harvest Strategy Perikanan (Strategi Pemanfaatan Perikanan) di kepulauan Indonesia.
Selain itu, MSC juga memproduksi sebuah video dokumenter yang menceritakan perjuangan nelayan skala kecil di Pulau Buru hingga sukses memenuhi standar keberlanjutan MSC dan sudah diakui secara global.
Video dokumenter tersebut merupakan salah satu bentuk apresiasi MSC kepada nelayan Pulau Buru pada momentum Hari Ikan Nasional 2021.
Kegiatan produksi film pendek perjalanan nelayan Pulau Buru menuju keberlanjutan ini dilakukan MSC bersama mitra di Desa Waipure, Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, pada 28 Oktober hingga 2 November 2021.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Abdul Haris Anwar menyatakan peluncuran film dokumenter nelayan Pulau Buru ini merupakan hal positif karena akan menginspirasi perikanan dan nelayan wilayah lainnya secara nasional maupun global untuk mewujudkan keberlanjutan sumber daya laut.