Mediatani – Sudah sejak lama Ukraina dikenal sebagai wilayah lumbung roti Eropa dan negara pemasok utama biji-bijian untuk negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah hingga sejumlah negara di Asia Tenggara.
Di antara berbagai jenis pangan, gandum termasuk salah satu yang memegang peranan penting sebagai sumber makanan pokok bagi penduduk negara-negara yang pasokan pangannya bergantung pada Ukraina.
Alex Smith, seorang analis riset pangan dan pertanian dari Breakthrough Institute di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa Lebanon merupakan salah satu negara Timur Tengah yang mengimpor gandum dari Ukraina dengan jumlah yang besar, yakni sekitar 700.000 ton.
Selain Lebanon, negara lain yang pasokan gandumnya juga bergantung dari Ukraina adalah Libya dengan impor gandum sekitar 43% dan Tunisia sebesar 32%.
“Secara keseluruhan, ada 14 negara yang bergantung pada Ukraina setidaknya 10% dari gandum mereka,” ungkapnya.
Harga gandum global telah mengalami peningkatan, dan semakin parah setelah invasi Rusia yang menimbulkan kekhawatiran bahwa kapasitas produksi gandum Ukraina akan sangat terhambat, sehingga terjadi kenaikan harga lebih lanjut.
Diperkirakan, sekitar 35% gandum yang dibudidayakan Ukraina di bagian timurnya, di tanah antara Ibu Kota Kyiv (Kiev) dan beberapa daerah-daerah separatis di perbatasan Rusia, yang paling rentan terhadap invasi dari Moskow. Berita invasi tersebut telah membuat harga gandum Eropa mencapai rekor tertinggi.
Food and Agriculture Organization (FAO) terlebih dulu memperingatkan akan terjadi kenaikan biaya sebelum konflik terbaru antara Ukraina dan Rusia muncul. Konflik tersebut memicu perubahan harga pangan global dan telah mencapai rekor 10 tahun terakhir pada tahun 2021.
Selain efek dari pandemi dan kekeringan parah yang telah mempengaruhi beberapa negara Afrika Utara, negara-negara Arab pun harus siap-siap terkena pukulan paling parah oleh kenaikan harga lebih lanjut akibat perang tersebut.
Meski roti merupakan sumber makanan murah yang paling umum di kawasan tersebut, namun pemerintah-pemerintah di sana tidak memiliki sumber keuangan yang memadai untuk menghadapi kenaikan harga, tidak seperti halnya negara-negara di Eropa.
Para ahli di wilayah tersebut sering menjadikan kemarahan publik atas kenaikan harga pangan sebagai salah satu faktor di balik protes Musim Semi Arab pada tahun 2011.
Selain Ukraina, negara Rusia juga menjadi pemasok utama gandum ke pasar dunia selama 20 tahun terakhir, dimana sebelumnya negara tersebut merupakan negera pengimpor 50% makanan.
Berdasarkan laporan dari Observatory of Economic Complexity (OEC) 2019, sebuah situs data untuk perdagangan internasional, Rusia dan Ukraina bersama-sama menjadi negara penyumbang sekitar seperempat dari total jumlah gandum dunia
Mesir sebagai negara pengimpor gandum terbesar di dunia, merasa konflik ini adalah kondisi yang mengkhawatirkan. Rusia merupakan pemasok utama gandum di Mesir, yang mengimpor sekitar 80% menurut laporan terbaru yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian AS, diikuti oleh Ukraina.
Surat kabar Al Ahram mengutip dari juru bicara kabinet Nader Saad, memperingatkan akan krisis Rusia-Ukraina yang dapat mengganggu stabilitas pasokan gandum negara itu, sehingga mendesak masyarakat untuk menjatah konsumsi roti.