Kopi Abah tetap konsisten melebarkan jejaringnya. Saat ini, start up berbasis gerakan milenial itu telah resmi hadir di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/2).
Bertempat di Warung Kopi Pemula, Jalan Alternatif Babakan Tengah, Dramaga, Bogor, Kopi Abah menandai kehadirannya dengan menggelar diskusi dan pelatihan barista secara gratis. Dialog santai bertajuk ‘Arus Baru Ekonomi Indonesia’ tersebut dihadiri oleh puluhan pemuda-pemudi.
Hadir sebagai pembicara, Ketua Dewan Pembina Santri Millenial Centre (Simac), Gus Syauqi Ma’ruf Amin, Ketua Umum Simac, Nur Rohman, Ekonom Iman Sugema, serta Ketua Umum Baznas, M Arifin Purwakananta.
Gus Syauqi mengungkapkan bahwa kopi Abah adalah komitmen pikiran arus bawah. Di mana kekuatan yang sesungguhnya adalah kekuatan rakyat.
“Pemberdayaan Ekonomi kerakyatan menjadi hal yang penting, karena menjadi benteng pertahanan bagsa dan Negara Republik Indonesia. Salah satunya melalui kopi,” tutur Gus Syauqi.
Putra KH Ma’ruf Amin tersebut menjelaskan bahwa Kopi Abah adalah solusi untuk menghancurkan kebuntuan sekaligus menjadi tempat bagi semua kelompok dan golongan untuk membangun Indonesia.
Melalui organisasi bentukannya, Santri millenial center (SiMaC), Gus Syauqi berkomitmen akan konsisten untuk mendorong gerakan sejuta usahawan yang dimotori kaum santri.
“Dengan program Gus Iwan atau santri bagus rupawan pinter ngaji dan usahawan, santripreneur,” tegasnya.
Selain di Bogor, Kopi Abah sebelumnya sudah ada di berbagai daerah seperti Jakarta, Bekasi, Cirebon, Bandung, Ngawi, hingga Nganjuk.
Kopi dan Pemberdayaan Millenial
Sementara itu, Ketua Umum Simac sekaligus Direktur Kopi Abah, Nur Rohman mengatakan bahwa pihaknya akan menjadikan Kopi Abah sebagai sarana pemberdayaan kaum milenial.
Mulai dari memberikan pelatihan, konsep pemasaran, penjualan, hingga penyediaan infrastrukturnya. “Pokoknya sampai bisa. Kami akan fasilitasi,” jelas dia.
Rohman mengatakan bahwa selama ini industri kopi nasional belum diberdayakan secara maksimal. Melalui Kopi Abah, dia bertekad membawa kopi menjadi sebuah heritage, kekayaan yang menjadi kebanggaan bangsa.
“Kami optimis kopi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan merajai dunia. Maka dari itu, dari sekarang kita harus menyiapkan SDM maupun infrastrukturnya,” kata Rohman.
Dia prihatin karena hingga saat ini, di tengah gelombang bisnis kopi yang semakin menggeliat, peralatan meracik kopi masih harus didatangkan dari luar negeri.
“Masih harus impor. Saya sekarang sedang mencari mesin espresso. Itu bayangkan, kami mesti menunggu tiga bulan,” beber Rohman.
“Kalau begini terus, industri dan bisnis kopi kita tak bakal maju. Bagaimanapun, hulu dan hilirnya harus dikuasai anak bangsa,” ungkap Rohman.
Senada, Ketua Panitia Penyelenggara Dialog ‘Arus Baru Ekonomi Indonesia’, Amril Syahputra Rangkuti menyebut Kopi Abah sebagai bagian dari upaya konkret memaksimalkan kaum milenial.
Kopi Abah, kata Amril, sejatinya menjadi contoh bagaimana memberdayakan potensi hasil alam Indonesia melalu pendekatan arus ekonomi baru. “Karena di dalamnya kita tidak sekadar berbicara kopi. Tapi bagaimana menciptakan arus baru pengelolaan industri kopi nasional,” kata Amril.