Mediatani – Berkat kemauan belajar secara otodidak dari media sosial, Yohanes Andreas Son, seorang yang berprofesi sebagai tukang tambal ban ini berhasil menciptakan mesin pencacah pakan ternak.
Selain belajar dari dunia maya, kemampuannya untuk membuat mesin pencacah pakan ternak itu didapat dari pengalamannya saat merantau di Surabaya dan bekerja di salah satu bengkel las yang mengerjakan mesin perontok padi.
Pria yang akrab dipanggil abang Son ini adalah warga Patisomba, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka. Ia mengaku dirinya terinspirasi membuat mesin pencacah ternak hewan karena sering melihat ayahnya yang sering mencincang batang pisang sebagai pakan babi dengan menggunakan parang seadanya.
“Inspirasinya dari sering liat bapa saat pulang kerja, batang pisang dicincang-cincang dan itu makan waktu berjam-jam dengan satu batang pisang itu, nah gimana caranya, saya coba buka di YouTube, liat-liat, nah, dari situ saya bikin sendiri dan produk pertama saya itu orang dari Lela yang ambil,” tutur Son dikutip dari Kumparan, Minggu, (25/10/2020).
Son mengaku, mesin pencacah ternak yang dibuatnya itu dibuat dengan bermodalkan hasil uang yang ia kumpulkan selama menjadi tukang tambal ban di bengkel kecil yang ia buka didepan jalan trans Maumere – Magepanda.
“Itu modalnya dari hasil tambal ban, dapat sedikit, saya kumpulkan untuk beli, jadi satu dua bulan, uang terkumpul 200-300 ribu, saya beli materialnya dan kerja,” ujar abang Son.
Abang Son telah membuat satu unit mesin pencacah pakan ternak dan telah laku terjual. Untuk memproduksi satu buah mesin pencacah, Son membutuhkan waktu empat hari kerja. Satu unit mesin pencacah ternak milik Abang Son dijual dengan harga Rp.4.000.000/unit dan bergaransi selama 3 bulan.
Namun di saat tengah kembali memproduksi 3 mesin lagi, Son kekurangan modal untuk membeli material. Sehingga ia memutuskan untuk menghentikan sementara proses pembuatannya. Bahkan, saat memproduksi mesin pencacah yang pertama pun dirinya terpaksa meminjam uang tetangga. Sehingga, pada saat laku terjual, uang tersebut ia gunakan untuk mengembalikan pinjaman.
Jika melihat rata-rata masyarakat Kabupaten Sikka khususnya dan Flores yang umumnya memilik hewan ternak seperti babi, sapi, kambing dan beberapa jenis hewan ternak lainnya, peluang usaha yang dirintis oleh Son tersebut memang sangat menjanjikan.
“Kenapa kita harus datangkan dari luar, kalau kita pun bisa kerja dan materialnya pun ada banyak dijual di toko-toko bangunan di Kota Maumere,” ujar Abang Son.
Sejauh ini, Yohanes Andreas Son mengaku belum pernah mengajukan permohonan bantuan penambahan modal usaha ke pihak manapun termasuk ke pemerintah setempat. Namun, ia berharap pemerintah dapat memberi bantuan modal untuk mengembangkan usahanya tersebut.
“Supaya kalau saya produksi banyak, saya bisa pekerjakan anak-anak disini yang sementara ngangur karena harus butuh dua atau tiga orang untuk bantu saya,” ujar Abang Son penuh harap.
Selain bekerja sebagai tukang tambal ban dan memproduksi mesin pencacah pakan ternak, Yohanes Andreas Son juga memiliki keahlian memperbaiki mesin kendaraan roda dua dan roda empat. Itupun, penghasilan yang ia dapatkan dari usaha tambal ban dan mekanik mesin tidak menentu.
“Kerja mesin ini, namanya orang kita ini kadang-kadang bayar hanya uang rokok, terus saya ini kalau kerja, saya malu untuk tentukan harga. Kalau orang yang mengerti, kasihnya sesuai, kalau yang tidak mengerti, paling kasih apa adanya. Kalau dipikir, tidak sesuai dengan keahlian kita dan beratnya pekerjaan, tapi saya terima iklas saja,” katanya sambil tertawa.