Mediatani – Dalam kompetisi Project Management Challange 2020, yang berlangsung pada Februari kemarin, salah satu tim peserta merancang Automated Integrated Aquaponic (AIA) Greenhouse System. Rancangan tersebut dibuat oleh empat mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).
AIA Greenhouse System ini adalah suatu sistem yang mengombinasikan sistem budidaya tanaman (hidroponik) dan sistem budidaya ikan (akuakultur) dalam satu sistem terintegrasi ramah lingkungan atau biasa dikenal dengan sistem akuaponik.
Bekat rancangan yang dituangkan dalam makalah berjudul “Automated Independent Aquaponic (AIA) Greenhouse System” ini, mereka berhasil meraih Juara Dua pada kompetisi tahunan Project Management Institute, Indonesian Chapter.
Adapun anggota tim FTUI yang mengikuti kompetisi tersebut terdiri dari Anisya Nurpratina (Teknik Lingkungan angkatan 2017), M. Ramly Novriansyah (Teknik Sipil ’17), Satria Adipradana Parlambang (Teknik Sipil ’17), dan Rizal Firdaus (Teknik Sipil ’17).
Kompetisi yang diselenggarakan secara virtual ini diikuti sebanyak 31 tim dari 14 universitas dari berbagai negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan China.
Sistem yang dirancang oleh tim FTUI ini menerapkan NFT (Nutrient Film System), dimana mineral yang dihasilkan oleh ikan disirkulasikan kembali untuk diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman.
Tujuannya, yaitu untuk meningkatkan sistem pertanian berkelanjutan yang dapat meminimalkan emisi terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan efisiensi produksi. Dengan menggunakan lahan yang terbatas, diharapkan sistem ini nantinya akan menghasilkan produk segar dalam jumlah besar.
Dilansir dari Republika, Rabu (10/3), ketua tim Tirta Arkara FTUI, Ramly menjelaskan bahwa sistem rancangannya itu menggunakan panel surya untuk menyuplai 50 persen kebutuhan listrik dan juga sistem rainwater harvesting untuk menjaga pasokan air tetap ramah lingkungan.
Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan, AIA Greenhouse System dapat menghasilkan sebanyak 754 kg sayuran per bulan dan 160-200 kg ikan per 10 bulan pada area produksi seluas 100 m2. Sedangkan panel tenaga surya yang digunakan mampu menghasilkan daya 225 hingga 240 kWh per hari.
“Dengan biaya diperkirakan sekitar 1.1 miliar rupiah, greenhouse sebagai area produksi dapat dibangun dalam jangka waktu 102 hari,” terang Ramly.
Ramly megatakan sistem yang dirancangnya ini tidak hanya mengatasi masalah keterbatasan lahan pertanian, namun juga mengatasi masalah yang timbul dari dampak sistem agrikultur konvensional, yaitu efek rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim.
Untuk diketahui, emisi gas rumah kaca (GRK) anthropogenik dalam pemanasan global yang berasal dari sektor pertanian yaitu sebesar 20%, dan sebesar 90% berasal dari pertanian daerah tropik. Sebagai negara di daerah tropik, Indonesia sudah menjadi salah satu pemasok GRK terbesar di dunia setelah Amerika dan Cina.
Cara praktik budidaya pertanian yang tidak berkelanjutan mengakibatkan kehilangan gas CO2 yang besar. Beberapa contoh pertanian yang memacu emisi GRK adalah pembakaran lahan dan pembajakan tanah. Pembakaran lahan tidak hanya menghasilkan GRK, tetapi juga membuat tanah menjadi rusak.
Sementara pembajakan lahan dapat merusak agregasi tanah yang dapat melepas partikel-partikel tanah dan karbon tanah hilang terbawa erosi serta memacu oksidasi bahan organik tanah yang mengakibatkan emisi gas CO2 meningkat dan menurunnya cadangan karbon tanah.
Dari segi produksi, Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 menyebutkan bahwa luas areal persawahan yang ada di Indonesia menurun menjadi 7,1 juta hektar dibandingkan dengan tahun 2013 yang luasannya 7,75 juta hektar.
“Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan pemerataan lahan pertanian yang tersedia dapat mengarah pada masalah ketahanan pangan nasional. Pada 2019, Indonesia berada pada urutan 62 dari 119 negara di dunia dalam indeks ketahanan pangan yang disusun oleh The Global Food Security Index,” jelasnya.
Dekan FTUI, Dr. Ir. Hendri D. S. Budiono, M.Eng. mengungkapkan bahwa sistem yang dirancang oleh para mahasiswa ini merupakan kontribusi nyata dari FTUI dalam memberikan alternatif solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia.
“Harapan kami, AIA Greenhouse System dapat membantu menyelesaikan permasalahan keterbatasan lahan pertanian yang saat ini terjadi di kota-kota besar dan daerah padat penduduk di Indonesia, seperti di Pulau Jawa,” pungkasnya.