Mediatani – Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menghadiri acara “Pengukuhan Pengurus Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)” masa bakti 2020-2024 yang berlangsung di Auditorium Tuna, Lantai 15, Gedung Mina Bahari IV, Kantor Pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Jakarta Pusat, Kamis (28/1/2021).
Menteri Trenggono yang didampingi Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, mengajak MAI untuk bersama-sama berjuang dalam memajukan perikanan budidaya di Indonesia. Ia yakin, sinergi keduanya dapat memberi kontribusi pada negara dan menjawab tantangan dalam mewujudkan budidaya yang berkelanjutan.
“MAI selalu bermitra dan bersinergi dengan KKP dalam membangun perikanan Indonesia, khususnya perikanan budidaya (akuakultur). Mari kita bangun akuakultur Indonesia, sumbangsih MAI sangat dibutuhkan negeri ini,” ujar Menteri Trenggono dalam sambutannya.
Menurutnya, MAI adalah mitra yang tepat untuk bergerak bersama mengoptimalkan budidaya perikanan dimana anggotanya terdiri dari banyak pakar yang ahli atau telah berpengalaman dalam bidang budidaya. Berbagai kelebihan itu diharapkan dapat menjadi inspirasi dalam mengembangkan budidaya berkelanjutan di Indonesia.
Selain itu, Menteri Trenggono juga menganggap MAI sebagai rumah besar bagi masyarakat akuakultur Indonesia. Pasalnya, MAI didukung oleh para akademisi akuakultur dan praktisi senior terbaik di negeri ini serta dilengkapi dengan peneliti senior dan mantan birokrat dari KKP.
“MAI merupakan energi besar, sebagai inspirasi, ide, konsep serta strategi pengembangan perikanan budidaya tanah air,” ujarnya.
Dalam acara tersebut Menteri Trenggono juga menegaskan bahwa KKP akan bekerja all-out dalam mengembangkan akuakultur, karena menurutnya masih banyak kekayaan komoditas perikanan di Indonesia yang dapat dikembangkan, seperti udang vaname, kepiting, hingga rumput laut. Dengan potensi tersebut, ia berharap ke depan Indonesia dapat menjadi negara penghasil perikanan budidaya terbesar di dunia.
“Kami, pemerintah, sebagaimana kepercayaan yang diberikan Bapak Presiden, akan all-out mengembangkan akuakultur. Indonesia dengan potensinya yang besar, sudah seyogyanya menjadi negara penghasil perikanan budidaya terbesar dunia,” tegas Menteri Trenggono.
Demi memajukan perikanan Indonesia, ia mengaku pihaknya siap menerima berbagai masukan saran dan kritik membangun dari MAI demi memajukan perikanan Indonesia, karena pengembangan perikanan adalah tugas bersama.
Sementara itu, Ketua Umum MAI, Prof Rokhmin Dahuri dalam sambutan tertulisnya mengatakan bahwa pihaknya juga mendukung menteri beserta jajaran KKP dalam mewujudkan Perikanan Budidaya sebagai sektor unggulan (leading sector) dan penghela (prime mover) perekonomian nasional menuju Indonesia maju, adil-makmur, dan berdaulat paling lambat yang ditargetkan pada 2045.
“Seperti Bapak Menteri sampaikan di berbagai kesempatan sejak Bapak dilantik sebagai Menteri KP oleh Presiden RI pada 23 Desember 2020, bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi produsen komoditas akuakultur terbesar di dunia, khususnya udang Vaname, pada 2024. Sejak 2009 Indonesia sudah menjadi produsen akuakultur terbesar kedua di dunia,” katanya.
Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB tersebut menerangkan bahwa saat ini produksi akuakultur di Indonesia baru sekitar 17 juta ton (17%) padahal potensinya merupakan yang terbesar di dunia, yaitu sekitar 100 juta ton/tahun. Sehingga, menurutnya target Menteri KKP untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen akuakultur terbesar di dunia adalah sebuah keniscayaan.
Kedepannya, lanjut Rokhmin, selain pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, lapangan pekerjaan, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pembangunan wilayah, sektor perikanan budidaya juga akan mampu memberi kontribusi bagi kedaulatan/ketahanan farmasi, energi, dan barang serta jasa lain yang dibutuhkan oleh umat manusia.
Perlu diketahui, MAI (Masyarakat Akuakultur Indonesia) adalah organisasi profesi di bidang perikanan budidaya (aquaculture) yang bersifat non-profit dan independen tingkat nasional. Jumlah anggota MAI yang tercatat selama ini telah mencapai lebih dari 1.000 orang, organisasi, asosiasi, dan lembaga yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain kepengurusan di tingkat nasional, MAI juga telah memiliki kepengurusan di tingkat provinsi atau wilayah berupa Koordinator Wilayah (Korda). MAI sendiri dideklarasikan pada tanggal 30 Oktober 2001 di Universitas Diponegoro, Semarang Jawa Tengah.