Mediatani – Pupuk merupakan salah satu komponen pertanian yang selama ini diketahui sering menjadi beban produksi lantaran harganya yang mahal dan langka.
Hal itu membuat banyak masyarakat terus berinovasi memanfaatkan bahan baku di sekitarnya untuk membuat pupuk organik demi menghemat biaya produksinya. Ada banyak bahan yang bisa dimanfaatkan, diantaranya adalah sampah batang pisang hingga kotoran hewan.
Hal itulah yang mendasari Dinas Perkebunan Kabupaten Way Kanan, Lampung memberikan pembinaan dan pelatihan pembuatan pupuk organik kepada masyarakat Desa Rantau Temiang, Kecamatan Banjit dan Desa Gunung Sari, Kecamatan Rebang Tangkas. Sejumlah warga yang mengikuti pelatihan tersebut adalah para anggota kelompok tani yang berasal dari kedua desa tersebut.
Kepala Bidang Bina Usaha, Dinas Perkebunan Way Kanan, Rohim menjelaskan bahwa pelatihan dan pembinaan itu bertujuan untuk mengurangi ketergantungan petani dalam penggunaan pupuk anorganik (kimia).
Menurutnya, penggunaan pupuk organik sangat baik untuk perbaikan struktur tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara pada tanah, yang dapat menyuburkan tanaman.
“Selain itu pupuk organik juga ramah lingkungan,” tambah Rohim, dilansir dari SariAgri, Rabu (7/7).
Dengan adanya pelatihan tersebut, lanjut Rohim, para petani diharapkan dapat memiliki keterampilan mengolah pupuk organik mandiri dan bisa mengaplikasikannya ke tanaman perkebunan atau tanaman pangan yang mereka miliki atau kelola. Terlebih, bahan-bahannya yang digunakan mudah didapat dan tidak terlalu sulit untuk dibuat.
“Praktik pembuatan pupuk organik juga dilakukan secara detail, supaya petani lebih mudah memahami dan bisa mengembangkannya secara mandiri,” ujarnya.
Adapun beberapa bahan yang digunakan, mulai dari kotoran ternak, sampah daun-daun kering, hingga batang pohon pisang yang telah dipanen buahnya. Semua bahan-bahan itu biasanya dianggap sudah tidak bermanfaat.
Membuat pupuk organik dari batang pohon pisang
Caranya, cincang batang pohon pisang hingga berukuran kecil, kemudian larutkan EM-4 sebagai aktivator. Lalu siramkan secara merata pada batang pisang yang telah dicacah sampai mencapai kelembapan 60 persen.
Semakin kecil ukuran batang pisang, proses pengomposan akan semakin cepat. Selain itu, lapisan yang dipotong lebih kecil akan memudahkan proses pencampuran dengan bahan lainnya.
Ada banyak limbah pertanian bisa digunakan sebagai bahan tambahan selain batang pohon pisang. Bahan-bahan tersebut bisa berupa pupuk kandang, serbuk gergaji, dan arang sekam.
Setelah bahan telah tercampur merata, masukkan ke dalam bak pengomposan selama 24 hingga 28 hari dengan pengadukan setiap tujuh hari sekali selama 24 hari, untuk memberikan oksigen baru dan menurunkan panas yang bisa mencapai lebih tinggi dari 65 derajat Celcius.
Secara sederhana, bak pengomposan dapat dibuat dengan menggunakan lubang yang terdapat di lahan sekitar. Lubang tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan penutup terpal plastik.
Setelah proses pengomposan selesai, akan terjadi perubahan warna dan kontur dari batang pisang yang telah dicampur dengan berbagai bahan tadi. Setelah itu, kompos sudah dapat diaplikasikan pada tanaman.
“Pada hari ke-24 sampai ke-28, dilakukan pendinginan dan pematangan baru setelah itu pupuk organik siap digunakan,” sebutnya.
Batang pohon pisang memiliki kandungan nitrogen, yang berperan penting dalam proses pembentukan vegetatif bagian tanaman baik akar, batang, dan daun. Kekurangan nitrogen yang dialami tanaman akan membuat daunnya menguning dan gugur.
Kandungan nutrisi pada batang pohon pisang juga dapat berguna sebagai perangsang fotosintesis dan membentuk persenyawaan organik serta merangsang pembentukan mikroorganisme dalam tanah.
Pembuatan kompos dengan menggunakan batang pisang ini sangat bermanfaat dan menghemat biaya, karena dapat dibuat sendiri oleh petani.