Mediatani – Di dalam dunia pertanian, istilah hortikultura sudah tidak asing lagi. Saat ini, pada bidang budidaya sendiri, hortikultura merupakan salah satu metode yang dapat dikatakan modern. Lebih berfokus pada produksi tanaman, siklus pembibitan, kultur jaringan, dan pencegahan hama membuat metode ini kerap kali dipilih masyarakat yang ingin menanam.
Selain itu, dengan segala kemudahan yang hortikultura tawarkan, pasti hal ini menjadi keunggulan. Belum lagi, jika petani memiliki lahan yang terbatas, hortikultura akan menjadi solusi atas permasalahan yang ada. Kemudian, apabila memang budidaya dilakukan atas tujuan bisnis, pertumbuhan tanaman yang cepat dan banyaknya produk yang dihasilkan pasti menjadi hal yang digadang-gadangkan.
Namun demikian, di balik segala kelebihan tersebut, tahukah kalian bahwa tanaman yang ditanam melalui metode hortikultura lebih memiliki potensi untuk layu, karena kandungan air yang cukup banyak? Lebih-lebih, jika petani atau penanam belum memiliki acuan paten dan benar dalam aspek pengaturan air bagi tanaman hortikultura itu sendiri.
Padahal, meskipun air merupakan hal yang juga penting, tetapi segala sesuatu yang berlebihan akan berdampak kurang baik kepada apa saja, termasuk tanaman sekali pun. Apalagi, tanaman hortikultura hanya membutuhkan air yang cukup alias tidak berlebihan. Adapun kebutuhan air tersebut hanya sekitar 5-10 mm per hari.
Dengan demikian, agar tidak berlebihan, petani perlu untuk memerhatikan kadar air yang diberikan ke tanaman. Karena kalau tidak, sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya, tanaman akan mudah layu, dan tidak jarang malah terserang hama, jamur, atau patogen berbahaya lainnya. Tidak hanya itu, pemberian air yang berlebihan juga menyebabkan pemborosan.
Banyak sekali sistem perairan yang dapat digunakan, salah satunya merupakan sistem perairan tetes atau drip irrigation. Drip irrigation adalah suatu sistem yang berada di dalam bidang irigasi, yang mana sistemnya adalah tetes. Sistem ini sangat memungkinkan keefisienan dan kesederhanaan.
Seperti nama istilahnya, drip irrigation memiliki konsep perairan yang memberikan air pada suatu titik tertentu. Pemberian ini menggunakan air yang terbatas, dan secara langsung di area pekarangan tanaman. Kemudian, pola pembasahannya pun sangat terbatas pada luasan dan kedalaman tanah yang telah ditanami.
Jika sistem perairan tetes digunakan, maka air yang dicurahkan akan mendekati kesetimbangan dan kesesuaian dengan yang dibutuhkan. Lalu, adanya keterbatasan tetesan air, memungkinkan petai untuk melakukan penghematan. Selanjutnya, penggunaan sistem dengan cara tetes, mampu meminimumkan peredaran air. Dan yang terpenting, sempitnya lahan yang basah akibat pemberian air dapat meminimalisir munculnya gulma.
Saat ini, sebetulnya di toko online sudah banyak yang menjual drip irrigation. Harganya juga beragam sesuai dengan kualitasnya. Namun, jika teman-teman ingin membuat sistem perairan tetes sendiri pun juga bisa, bahkan sangat bisa. Berikut langkah demi langkahnya :
- Langkah ini adalah langkah pembuatan drip irrigation menggunakan botol plastik. Maka dari itu, siapkan botol plastik. Ukurannya sesuai dengan keinginan.
- Dengan botol yang masih memiliki tutup di atasnya, lubangi tutup botol tersebut. Kemudian, lepas tutup otol tersebut dan taruh di atas sepotong kayu
- Potonglah bagian bawah botol
- Pada tanah yang ingin digunakan, gali lubangnya. Lalu, botol itu di dalam tanah mencapai setengahnya
- Dengan posisi botol ditebalikkan, tancap botol itu di dalam lubang yang sudah dibuat
- Terakhir, isilah botol yang telah ditancapkan tadi dengan air maka sistem perairan sudah selesai dibuat.