Mediatani – Guru besar sekaligus Kepala Divisi Akustik, Instrumentasi dan Robotika Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Prof Dr Indra Jaya beberapa waktu lalu berhasil membuat inovasi untuk membantu usaha perikanan skala kecil (Small Scale Fisheries/SSF).
Inovasi dosen IPB ini berupa alat pelacak ikan yang bernama TREKfish. Usaha perikanan skala kecil menjadi sasarannya karena dianggap jarang tersentuh oleh pesatnya perkembangan teknologi dan proses industrialiasi yang telah memasuki fase ke-4 atau biasa disebut dengan Industri 4.0.
Menurut Indra Jaya, sejak 10 bahkan 50 tahun terakhir, praktis tidak banyak perubahan yang terjadi pada perikanan skala kecil di Indonesia.
Hal yang mengalami perubahan hanya introduksi motorisasi yang merupakan peninggalan era industrialisasi 1.0, seperti motor tempel (outboard) dan sebagian motor dalam (inboard) untuk dapat menjalankan kapal ikan.
“Perkembangan teknologi yang pesat di bidang elektronika, otomatisasi, dan sistem informasi, umumnya belum menjadi bagian penting dalam membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi penangkapan ikan,” kata Indra Jaya dilansir dari Pikiran Rakyat.
Kemudian, masih banyak teknologi yang belum bisa dimanfaatkan, seperti sistem navigasi modern yang berkembang seiring dengan perkembangan elektronika, teknologi satelit dan akumulasi pengetahuan terkait jejak penangkapan.
Hal itu membuat usaha perikanan skala kecil yang banyak dijalankan oleh masyarakat pesisir di berbagai daerah di Indonesia masih tetap bersifat tradisional dan belum berbasis teknologi terbaru, terutama dalam menjalankan operasi penangkapan ikan.
Indra Jaya menuturkan bahwa Divisi yang dipimpinnya telah mengembangkan piranti TREKfish untuk meningkatkan perikanan skala kecil melalui introduksi teknologi terkini.
Piranti TREKfish ini memiliki kemampuan untuk menelusuri jejak penangkapan ikan (ikan, rajungan, lobster, dan lain-lain). Alat ini juga telah dilengkapi dengan perangkat lunak fishER (sistem pelaporan hasil tangkapan, Fisheries Electronic Reporting).
“Piranti ini cocok dan baik untuk perikanan skala kecil dan industri, serta dirancang dan dikembangkan guna mendukung program pelacakan asal dari ikan tertangkap dan Seafood Import Monitoring (SIM),” jelasnya.
Lebih lanjut Indra menjelaskan bahwa untuk dapat berfungsi menelusuri jejak operasi penangkapan ikan, TREKfish ini tak memerlukan jejaring komunikasi satelit. Sehingga, meskipun tidak berada atau keluar dari area selular, data posisi kapal akan dapat terus terekam.
Indra menambahkan, posisi kapal sebelumnya akan dapat terlihat (terkirim) ketika kapal telah kembali masuk ke area cakupan selular.
Dengan menggunakan TREKfish, setiap nelayan, kapten kapal, atau pemilik kapal dapat mengakses langsung posisi kapalnya tanpa harus diketahui oleh nelayan, kapten kapal, pemiliki kapal lainnya.
“TREKfish dirancang dapat merekam posisi kapal setiap 5 menit sekali atau 12 posisi kapal per jam,” ujarnya.
Prof Indra menjelaskan bahwa pada dasarnya TREKfish adalah sebuah alat atau instrumen sistem pelacakan atau penelusuran jejak penangkapan ikan. Penelurusan tersebut menghasilkan visualisasi yang dapat diakses atau dilihat melalui ponsel pintar.
Alat ini juga dapat diintegrasikan dengan sistem pencatatan hasil tangkapan secara elektronik (e-logbook). Selain itu, TREKfish juga mendapat catu daya yang dipasok dari solar panel dan baterei Li (sebagai cadangan), sehingga dapat dioperasikan lebih lama.
Pemasangan (instalasi) piranti TREKfish ini sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Ketikan piranti ini telah dihidupkan, maka tidak dapat kembali dimatikan, sehingga tidak mudah untuk dipreteli dan dipermainkan.
“Dengan biaya yang relatif terjangkau, TREKfish dapat aplikasikan untuk membantu meningkatkan efisiensi penangkapan ikan pada perikanan skala kecil (SSF) maupun skala besar (industri),” ujarnya.
Adapun data dan informasi yang diperoleh dari TREKfish, antara lain adalah posisi kapal dari waktu ke waktu, sejak mulai meninggalkan pelabuhan, transit ke daerah penangkapan ikan, sewaktu melaksanakan operasi penangkapan, dan saat kembali ke pelabuhan.
Sehingga secara keseluruhan, penelusuran jejak kapal dapat dilakukan dari awal hingga akhir. Dengan berjalannya waktu, hasil tangkapan ikan dapat dicatat setiap kali operasi penangkapan melalui akumulasi kegiatan penangkapan ikan.
“Katakanlah selama setahun, akan dapat dibuat peta distribusi hasil tangkapan utama beserta hasil tangkapan sampingan (by catch),” Jelas Prof Indra.
Dari hasil pencatatan tersebut, maka jumlah hasil tangkapan per satuan upaya (Catch Per Unit of Effort (CPUE) dapat dihitung. Menurutnya, informasi tentang CPUE ini sangat penting untuk membantu memahami kondisi stok ikan yang menjadi target penangkapan.
“Dan secara umum informasi ini penting bagi pengelolaan perikanan yang berkelanjutan,” tambahnya.
Berbagai keunggulan dari TREKfish bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Di mana nelayan, kapten kapal, pemilik kapal dapat meningkatkan efisiensi lama waktu transit (mencari ikan) dan lama proses penangkapan ikan, serta hal lainnya yang berhubungan dengan hasil penangkapan.
“Selain itu, khusus bagi pemilik kapal, yang bersangkutan dapat mengetahui kemana kapalnya berlayar,” katanya.
Selain nelayan dan para pelaku usaha, pihak lain yang juga bisa memperoleh manfaat dari teknologi TREKfish ini, yakni pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah (provinsi dan kabupaten).
Sebab, tambahnya, piranti ini dapat membantu implementasi manajemen yang lebih baik melalui pengawasan dan pelaporan, membantu perbaikan/masukan pengelolaan, dan membantu program traceability.
Teknologi TREKfish ini juga dapat dimanfaatkan oleh pihak Universitas dan Lembaga Penelitian. Beberapa manfaat yang didapat antara lain, membantu penelitian, khususnya untuk memahami lebih baik siklus hidup ikan (daerah pemijahan, pembesaran dan pertumbuhan, dan lain-lain).
Selain itu, mereka juga dapat memahami pola migrasi ikan, dan membantu menentukan dinamika populasi dan pengkajian stok ikan.
“Perikanan skala kecil merupakan salah satu kontributor penting dalam perikanan tangkap yang kinerjanya hingga saat ini belum terekam secara baik, kuantitatif dan akurat serta perlu mendapat perhatian utama dalam kebijakan dan prioritas pembangunan perikanan,” pungkasnya.