Mediatani – Tidak banyak yang percaya tentang buah naga yang ternyata bisa diolah menjadi mi kering yang lezat. Yap, mi pada umumnya yang bisa Kamu makan bersama bakso atau ayam.
Dilansir dari laman tribunnews.com, adalah Pini Sri seorang warga Sragi Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dengan jeli melihat peluang tersebut. Sejak tahun 2004 lalu, Pini mulai memanfaatkan buah naga merah ini sebagai bahan baku pembuatan mi kering.
“Dulu saat awal mulai bisnis, buah naga merah ini belum seramai sekarang. Kebetulan juga pada saat itu hasil panennya tidak maksimal sebab kulit buahnya rusak dan ukuran buahnya kecil, tetapi kondisi buahnya masih bagus. Jadi saya putuskan untuk bawa pulang lalu diolah jadi mi,” ungkap Pini.
Terlebih lagi di daerah tempat tinggalnya, stok buah naga cukup banyak. Oleh karenanya, hal ini juga menjadi salah satu alasan Pini membuat inovasi tersebut dengan mengubahnya menjadi makanan olahan.
Sehingga dari usaha makanan olahan tersebut, wanita berumur 54 tahun ini setiap bulannya telah meraup keuntungan yaitu sekitar belasan juta rupiah.
Tidak hanya itu, Pini ternyata digandeng oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Banyuwangi. Dinas terkait memfasilitasi masyarakat untuk dilatih mengolah buah naga merah menjadi makanan olahan. Beberapa diantaranya diolah menjadi sirup, permen, kerupuk jelly, hingga manisan dari kulit buah naga.
“Setiap bulan selalu ada jadwal keliling pelatihan membuat makanan olahan dari buah naga merah. Kadang ke desa, ke kecamatan, dengan peserta sekitar dua puluh hingga tiga puluh orang,” ujarPini.
Lebih lanjut, Pini mengatakan bahwa hampir empat puluh persen dari peserta pelatihan memilih memanfaatkan hasil pelatihan tersebut dengan membuat lalu menjual makanan olahan dari si buah naga merah ini.
Dalam pelatihan yang digelar, Pini mengakui bahwa selalu mengingatkan peserta untuk tidak mencatat resep tetapi mereka harus langsung mempraktikkan terkait bagaimana cara untuk membuat produk olahan agar para peserta lebih kreatif dan tidak selalu bergantung pada resep.
Hingga saat ini, Pini memiliki sebanyak dua belas pegawai dalam memproduksi mi buah naga merah ini setiap tiga hari sekali. Dalam sekali produksi Pini memerlukan 25 kg buah naga yang diperoleh dari petani buah naga sekitar untuk diubah menjadi empat ratus kemasan.
Setiap kemasannya dijual dari harga Rp 7.500 dengan berat 250 gram yang berisi delapan keping.
“Alasan Kami memilih buah naga merah yang organik sebab lebih awet. Bahkan biasanya dalam sekali produksi pun langsung habis, sudah banyak yang memesan karena Kami juga melayani pembelian secara online, bahkan hingga keluar kota Banyuwangi” tutur Pini.
Lebih lanjut, menurut Pini, pembuatannya sederhana karena hanya dengan mencampur buah naga dan tepung yang ditambahkan dengan sedikit garam lalu dicetak dan dikeringkan dengan bantuan matahari atau menggunakan mesin oven jika musim hujan.
Selain membuat mi dari buah naga merah, Pini juga ternyata memilih lidah buaya dan aneka sayuran untuk dijadikan bahan dasar membuat mi.
Selain mi, Pini juga membuat kerupuk lidah buaya, kerupuk bonggol pisang, pakis, peyek, beraneka kue kering dan kue basah serta makanan khas Banyuwangi.
Disaat musim liburan, Pini mampu memproduksi sebanyak seratus jenis makanan olahan. Tetapi, pada hari normal, Pini hanya mampu memproduksi sekitar tiga puluh jenis makanan olahan karena disesuaikan dengan stok bahan yang tersedia.
“Mungkin kami belum mampu untuk mengolah buah naga merah secara besar sebab masih industri rumahan, tetapi setidaknya kami harus terus berinovasi dan kreatif untuk memanfaatkan apa yang tersedia di sekitar. Insya Allah, hasilnya juga menguntungkan,” pungkas Pini.